Mutiara Kehidupan Para Tabi’in: ‘Atha’ bin Abi Rabah
9/2/2006 | 9 Muharram 1427 H | 4.517 views
Oleh: Aba AbduLLAAH Berkata Imam al-Haramain : “Tidak kutemui orang yang paling alim diantara orang yang alim, kecuali 3 orang : ‘Atha, Thawus dan Mujahid..”
Kalau kita menerawang jauh ke empat belas abad yang lampau, maka akan nampak oleh kita sebuah majlis ta’lim di Makkah yang selalu dihadiri oleh ribuan orang, diantara mereka ada para sahabat-sahabat nabi SAW dan juga para tabi’in, sang penceramah adalah seorang tua yang sederhana namun kharismatik, dialah AbduLLAH bin Abbas ra (Ibnu Abbas) salah seorang diantara para tokoh ulama sahabat, dan dia pula yang didoakan oleh RasuluLLAH SAW dengan doanya yang khusus: “ALLAHUMMA FAQQIHHU FIDDIN WA ‘ALLIMHU TA’WIL” (Ya ALLAH dalamkanlah pengetahuannya dalam agama dan ajarilah ia ta’wil Qur’an…)
Ibnu Abbas ra memiliki seorang budak hitam yang kurus, demikian hitamnya kulit budak ini sehingga jika ia berdiri bagaikan seekor burung gagak hitam (ghurabil-aswad) yang menakutkan. Namun hitamnya kulit tidak membuatnya merasa rendah, karena Islam telah membebaskan manusia dari perbudakan manusia atas manusia menjadi perbudakan manusia hanya oleh dan untuk ALLAH SWT saja. Hanya Islam sajalah peradaban yang mampu menempatkan seorang budak hitam Afrika bernama Bilal al Habasyi, budak bangsa Persia Salman al Farisi, dan budak dari Rumawi Shuhaib bin Sinan ar Rumi sederajat dan bahkan lebih tinggi dari para pemuka Quraisy seperti Abu Sufyan bin Harb.
Selama hidupnya ‘Atha membagi waktunya untuk 2 hal : Pertama, khusus untuk Tuhannya dengan melakukan ibadah yang terbaik, terikhlas dan semurni-murninya; sehingga setiap malam ia sedikit sekali tidur karena melakukan qiyam, zikir dan doa. Kedua, untuk menuntut ilmu kepada para ulama, tercatat diantara nama guru-gurunya yaitu para shahabat besar seperti Ibnu Abbas ra, Ibnu Umar ra, Abu Hurairah ra, Ibnu Zubair ra, dll. Ia selalu berkata : “Orang sebelum kalian membenci omong-kosong, yaitu segala sesuatu selain al-Qur’an yang dibaca dan dipelajari, atau Hadits yang diriwayatkan dan diamalkan, atau amar ma’ruf dan nahi munkar, atau ilmu untuk mendekatkan diri kepada ALLAH, atau bekerja mencari nafkahmu. Bacalah oleh kalian kalau mau : Dan orang-orang yang menjauhi perkataan yang tidak bermanfaat (QS al-Mu’minun, 23:3).”
Dibandingkan dengan manusia lainnya, ‘Atha adalah termasuk manusia pilihan yang sangat jarang orang yang mampu berdisiplin sepertinya. Ia mendisiplin dirinya sehingga selama hidupnya tidak pernah sekalipun melakukan hal yang tidak bermanfaat sebagaimana yang dilakukan oleh pemuda-pemuda kebanyakan, dan selama hidupnya ia tidak pernah ngobrol dan bercanda. Pernah dalam suatu perjalanan ia melihat sebuah kota yang telah ditinggalkan penghuninya, lalu ia berfikir : Kapan kota ini didirikan? Kemudian ia menyesali diri karena memikirkan sesuatu yang tidak bermanfaat dan karenanya ia menghukum dirinya untuk berpuasa selang-sehari selama setahun penuh. Waktunya seumur hidupnya selalu dihabiskan untuk belajar, berfikir dan beribadah, ia sangat serius dalam hidupnya dan agar ia tidak terganggu maka selama 20 tahun ia hanya tinggal di dalam masjidil Haram.
Pernah suatu hari ia ditegur oleh orang-orang tentang keseriusannya yang dianggap berlebihan oleh mereka, maka ia menjawab : “Aku bersaksi bahwa aku sangat percaya pada adanya malaikat yang mulia lagi mencatat seluruh amalku, lalu tidak malukah jika nanti diumumkan di depan orang-orang di hari Kiamat nanti lalu banyak ditemukan hal-hal yang bukan ibadah kepada-NYA?!” Karena disiplin dan keseriusannya yang luar biasa dalam belajar inilah ia mencapai derajat tertinggi dikalangan para ulama, sehingga banyak orang yang mengambil manfaat dari keluasan ilmunya. Salah satu contohnya, Imam Abu Hanifah suatu kali pernah bercerita : “Aku pernah salah dalam 5 fiqh Manasik (Hajji) dan aku diingatkan oleh seorang tukang cukur! Yaitu ketika aku duduk untuk tahallul (bercukur setelah selesai hajji) aku bertanya pada tukang cukur itu berapa ongkos cukurnya? Maka ia menjawab bagi orang yang hajji tidak ditetapkan ongkos, maka aku merasa sangat malu dan berfikir siapa tukang cukur ini, lalu aku duduk, maka kata tukang cukur itu : Hendaklah anda menghadap qiblat, maka aku menjadi semakin malu, lalu aku langsung berikan kepalaku untuk dicukur, lalu ia berkata lagi : Hendaknya yang kanan dulu, lalu kuberikan yang sebelah kanan sambil terus berfikir, lalu ia berkata lagi : Perbanyaklah takbir! Maka akupun bertakbir lalu ketika selesai segera kusodorkan uang dan ingin terus berlalu, lau ia berkata lagi : Jangan lupa shalat 2 raka’at. Maka dengan penasaran kutanya darimana dia tahu tentang semua hukum fiqh tersebut? Maka jawabnya : Dulu aku pernah mencukur ‘Atha bin Abi Ribah dan kupelajari semua yang diperbuatnya ketika itu dan kuamalkan.”
Dan selama hidupnya tidak ada orang yang berani berfatwa di masjidil Haram karena hormat akan kedalaman dan keluasan ilmu agama yang dimilikinya, sehingga ia dijuluki SAYYIDUL FUQAHA AL HIJAZ (Pemimpin para ahli Fiqh di Makkah dan Madinah…) Semua orang sangat hormat pada dirinya bahkan ia lebih dihormati dari Khalifah sendiri, kendatipun demikian ‘Atha adalah seorang yang sangat tawadhu’ (rendah hati) dan ia sangat membenci kesombongan dan orang yang sombong, selama hidupnya ia hanya memakai pakaian yang termurah (5 dirham saja). Pernah suatu hari Khalifah Sulaiman bin Abdul Malik datang dan melakukan hajji dan ketika Thawaf di Baitul Haram orang-orang berusaha minggir menghormatinya, maka ‘Atha marah dan berkata : DA’HU YATA’ALLAMA BI MAWQIF ALLADZI TAQTULU KIBRIYA’UHU! (Biarkan ia disakiti dengan kondisi yang dapat membunuh kesombongannya…)
Maka setelah itu khalifah memanggilnya untuk bertanya tentang beberapa hukum agama, maka ia berkata kepada utusan khalifah tersebut : AL ‘ILMU YU’TA ‘ALAIHI WALAM YA’TI! (Ilmu itu didatangi dan bukan mendatangi…), maka khalifahpun datang kepadanya dan meminta nasihat, maka kata ‘Atha : “Takutlah pada ALLAH wahai Amirul Mu’minin, ingatlah bahwa engkau diciptakan sendiri, dilahirkan sendiri, dimatikan sendiri, dibangkitkan sendiri dan akan dihisab sendiri pula, maka tak ada yang dapat membantumu untuk dunia dan akhiratmu kecuali ALLAH SWT.” Maka khalifah menangis mendengar taushiyyah (nasihat) tersebut dan memberinya hadiah dari emas dan perak, tapi ditolak dengan halus oleh ‘Atha sambil berkata : “Katakanlah : Kami tidak menginginkan balasan dari kalian dan tidak pula ucapan terimakasih, karena sesungguhnya kami takut akan suatu hari dimana manusia saat itu gelap wajah-wajahnya (ayat)..”
Ketika wafatnya, ribuan orang menshalatkan sampai-sampai di masjidil Haram dilaksanakan shalat janazah berkali-kali karena banyaknya yang ingin menshalatkan. Dan ketika mereka mengangkat jenazahnya, maka mereka semua terheran-heran karena mayatnya sangat ringan seperti bulu, sebab tidak sedikitpun membawa keduniaan serta dipenuhi oleh berbagai bekal untuk akhirat yang banyak…
Masya Allah..
BalasHapus