Suara Dari Dalam Hati (5) Hakikat Ukhuwah Menurut Ikhwanul Muslimin
15/7/2009 | 23 Rajab 1430 H | 4.069 views
Oleh: DR. Muhammad Mahdi Akif Hakikat ukhuwah menurut Ikhwanul Muslimin
Segala puji hanya milik Allah, shalawat dan salam atas Rasulullah saw beserta keluarganya dan para sahabatnya dan orang-orang yang mengikutinya.
Wahai Ikhwan sekalian: sungguh Islam telah memberikan perhatian penuh akan adanya ikatan yang kuat pada sendi-sendi ukhuwah yang melahirkan di dalamnya cinta karena Allah SWT, dan menjadikan ukhuwah sebagai sarana pemersatu jiwa dan hati dan merupakan dasar pokok-pokok keimanan yang tidak akan sempurna keimanan seseoerang kecuali dengannya, dan tidak akan terealisir kecuali dengan keberadaannya; bahkan dijadikan sebagai ikatan yang paling erat dari pokok-pokok keimanan dan kesempurnaan nilai-nilainya, Allah berfirman:
إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ إِخْوَةٌٌ
“Hanyalah orang-orang beriman yang memiliki ukhuwah”. (Al-Hujurat:10).
Dan Nabi saw bersabda:
الْمُسْلِمُ أَخو الْمُسْلِمِ لاَ يَظْلِمُهُ، وَلاَ يُسْلِمُهُ، وَلاَ يَخْذُلهُ وَلاَ يَحْقِرُهُ
“Seorang muslim adalah saudara dengan muslim lainnya, tidak boleh menzhaliminya, tidak membiarkannya, tidak merendahkannya dan menghinakannya”. (Muttafaq alaih).
Dan Nabi saw juga bersabda:
مَثَل الْمُؤْمِنِينَ فِي تَوَادِّهِمْ وَتَرَاحُمِهِمْ وَتَعَاطُفِهِمْ كمَثَل الْجَسَدِ الْوَاحِدِ، إِذَا اشْتَكَى مِنْهُ عُضْوٌ تَدَاعَى لَهُ سَائِرُ الْجَسَدِ بِالسَّهَرِ وَالْحُمَّى
“Perumpamaan orang-orang beriman dalam kasih sayang, cinta kasih dan empati adalah seperti satu tubuh, jikasalah satu tubuh darinya mengadu pada suatu penyakit maka anggota tubuh lainnya akan merasa sakit dan begadang”. (Muttafaq alaih)
“Perumpamaan orang-orang beriman dalam kasih sayang, cinta kasih dan empati adalah seperti satu tubuh, jikasalah satu tubuh darinya mengadu pada suatu penyakit maka anggota tubuh lainnya akan merasa sakit dan begadang”. (Muttafaq alaih)
Karena itulah di antara salah satu rukun dari rukun baiat kita adalah ukhuwah, dan di antara salah satu dasar perbaikan sosial secara universal yang dibawa oleh Islam adalah memproklamirkan adanya ukhuwah di tengah umat manusia.
Makna ukhuwah menurut Ikhwanul Muslimin
Imam al-muassis (pendiri) Hasan Al-Banna semoga Allah merahmatinya berkata:
وأريد بالأخوة: أن ترتبط القلوبُ والأرواحُ برباط العقيدة، والعقيدة أوثق الروابطِ وأغلاها، والأخوَّة أخت الإيمان، والتفرُّقُ أخو الكفر، وأول القوة قوة الوحدة، ولا وِحْدَةَ بغير حب، وأقل الحب سلامة الصدر، وأعلاه مرتبة الإيثار
“Yang sangat maksud dengan ukhuwah adalah: mengikatnya hati-hati dan jiwa-jiwa ini dengan ikatan aqidah, dan aqidah merupakan ikatan yang paling kokoh dan paling mahal harganya, dan ukhuwah adalah saudara keimanan, sementara perpecahan adalah teman dari kekufuran, kekuatan yang utama adalah persatuan dan tidak ada persatuan tanpa cinta, dan cinta paling rendah adalah lapang dada, sementara yang paling tinggi adalah itsar.
وَيُؤْثِرُونَ عَلَى أَنْفُسِهِمْ وَلَوْ كَانَ بِهِمْ خَصَاصَةٌ وَمَنْ يُوقَ شُحَّ نَفْسِهِ فَأُوْلَئِكَ هُمْ الْمُفْلِحُونَ
“Dan mereka mengutamakan (orang-orang muhajirin), atas diri mereka sendiri, Sekalipun mereka dalam kesusahan. dan siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, mereka Itulah orang orang yang beruntung”. (Al-Hasyr:9)
Al-akh yang jujur adalah yang melihat saudaranya lebih utama daripada dirinya sendiri; karena jika tidak dengan mereka maka dirinya tidak bersama dengan yang lainnya, dan jika mereka tidak bersama dengannya maka mereka akan bersama dengan yang lainnya,
إِنَّمَا يَأْكُلُ الذِّئْبُ مِنَ الْغَنَمِ الْقَاصِيَةَ
“Sesungguhnya Serigala akan makan domba yang tersesat sendirian”. (Abu Daud dan ditashih oleh Ibnu Hibban dan Al-Hakim)
dan nabi saw bersabda:
الْمُؤْمِنُ لِلْمُؤْمِنِ كَالْبُنْيَانِ، يَشُدُّ بَعْضُهُ بَعْضًا
“Seorang Mukmin terhadap mukmin yang lainnya seperti bangunan, saling memperkokoh sebagiannya dengan sebagian lainnya”. (Muttafaq alaih).
وَالْمُؤْمِنُونَ وَالْمُؤْمِنَاتُ بَعْضُهُمْ أَوْلِيَاءُ بَعْضٍ
“Dan orang-orang beriman laki-laki dan wanita sebagian mereka menguatkan sebagian lainnya”. (At-Taubat:71).
وَالْمُؤْمِنُونَ وَالْمُؤْمِنَاتُ بَعْضُهُمْ أَوْلِيَاءُ بَعْضٍ
“Dan orang-orang beriman laki-laki dan wanita sebagian mereka menguatkan sebagian lainnya”. (At-Taubat:71).
Demikianlah yang seharusnya terjadi
Ukhuwah menurut kami adalah agama, dan Ikhwanul Muslimin masih terus berambisi dan bersemangat untuk mewujudkan ukhuwah yang benar dan sempurna di antara mereka, bersungguh-sungguh untuk tidak memperkeruh kemurnian dan kesucian hubungan mereka sedikitpun, menyadari bahwa ukhuwah dalam agama adalah sebaik-baik sarana yang dapat mendekatkan diri dengannya kepada Allah, dan tetap memelihara kemuliaan derajat yang tinggi, dan oleh karena itu mereka juga berambisi untuk selalu memperhatikan hak-haknya sehingga mampu membersihkan hal-hal yang dapat membuat keruh dan dari bisikan-bisikan syaitan, dan para ulama telah menjadikan serendah-serendahnya derajat ukhuwah adalah berinteraksi dengan saudaranya dengan apa yang dicintai dalam berinteraksi dengannya.
Dan di antara hak-hak ukhuwah adalah sabar terhadap kesalahan al-akh sampai dirinya mampu mengembalikannya pada kebenaran tanpa dibesar-besarkan (publikasi) akan kesalahannya atau menyebarkan kesalahan dan kekeliruannya. Abu Darda berkata:
إذا تغيَّر أخوك وحال عما كان عليه فلا تَدَعْه لأجل ذلك؛ فإن أخاك يَعْوَجُّ مرةً ويستقيم أخرى
“Jika saudara Anda berubah dan bertingkah dari apa dalam dirinya maka janganlah ditinggal karena hal tersebut; karena boleh jadi saudara Anda bengkok (salah) pada suatu saat namun lurus kembali pada saat yang lain”.
Ibrahim An-Nakha’i berkata:
لا تَقْطَعْ أَخَاك وَلا تَهْجُرْهُ عِنْدَ الذَّنْبِ، فَإِنَّهُ يَرْتَكِبُهُ الْيَوْمَ وَيَتْرُكُهُ غَدًا
“Janganlah engkau memutus hubungan saudara atau meninggalkannya di sisi serigala, karena boleh jadi suatu kali dirinya salah namun esoknya dapat ditinggalkan”. Dalam atsar yang lain disebutkan:
به أو إشاعةٍ لزلاته، قال أبو الدرداء: “”، وَقَالَ إبراهيم النَّخَعِيُّ: “”، وجاء في بعض الآثار: قال عيسى عليه السلام للحواريين: “كيف تصنعون إذا رأيتم أخاكم نائمًا وقد كشف الريحُ ثوبَه عنه؟” قالوا: نستره ونُغَطِّيه، قال: بل تكشفون عورته! قالوا: سبحان الله! مَن يفعل هذا؟ فقال: “أحدُكم يسمعُ بالكلمةِ في أخيه فيزيدُ عليها ويُشِيعُها بأعظمَ منها
Nabi Isa berkata kepada al-hawariyun: Bagaimana kalian memperlakukan saudara kalian jika melihatnya tidur lalu angin bertiup dan menyingkap pakaiannya? Mereka menjawab: akan kami singsingkan bajunya dan menutupinya. Nabi Isa: namun kalian akan menyingkapkan auratnya! Mereka berkata: Maha suci Allah! Siapakah yang melakukan demikian? Beliau berkata: Salah seorang dari kalian yang mendengar ucapan tentang saudaranya kemudian ditambah-tambah olehnya dan disebarkannya dengan sesuatu yang lebih darinya”.
Dan bahkan pada saat berbeda pendapat dengan Ikhwan, maka ikatan ukhuwah harus mampu melindungi mereka dari terjadinya saling membuka aib, atau menyebarkan syubhat, atau membuat cerita bohong, dan hendaknya mereka memelihara ungkapan seorang ulama fiqih imam Syafi’i semoga Allah merahmatinya:
الحُرُّ مَنْ رَاعَى وِدَادَ لَحْظَةٍ، وَانْتَمَى لِمَنْ أَفَادَه لَفْظَةً
“Orang yang merdeka adalah orang yang mampu melindungi kasih sayang sesaat, dan loyal pada orang yang memanfaatkannya ucapannya”.
Dan di antara hak-hak ukhuwah yang diserukan oleh Ikhwanul Muslimin adalah apa yang telah disampaikan oleh Al-Fudhail bin Iyadh semoga Allah merahmatinya:
نَظَرُ الأخِ إلى وجه أخيه على المودَّةِ والرحمةِ عبادةٌ، فلا تصحُّ المحبةُ في الله عزَّ وجلَّ إلا بما شرط فيها من الرحمة في الاجتماع والخلطة، وعند الافتراق: بظهور النصيحة، واجتناب الغيبة، وتمام الوفاء، ووجود الأنس، وفقد الجفاء، وارتفاع الوحشة
Dan juga disebutkan: Jika terjadi ghibah maka hilanglah ukhuwah. Begitu indah dan lembut ungkapan seorang salaf yang menyampaikan nasihat kepada saudaranya yang meninggalkan dirinya:
Sampaikanlah kepada saya; saya telah jahat seperti yang engkau katakan
Karena itu, dimanakah kasih sayang dalam ukhuwah
Atau jika Anda jahat sebagaimana aku jahat
Maka, dimanakah karuniamu dan kasih sayangmu
Dan bukanlah bagian dari akhlaq seorang akh muslim ketika selalu membeberkan sebab-sebab aib pada saat berdirinya berbeda pendapat dari saudaranya atau yang lainnya, atau berusaha meremehkan kelebihannya, atau menghina perbuatan dan pemberiannya. Al-Faruq Umar bin Khattab memberikan satu nasihat: “Janganlah cintamu dijadikan sebagai beban, dan jangan jadikan pula marah mu sebagai kehancuran. Kemudian ada yang bertanya: bagaimanakah maksudnya? Umar berkata:لا يَكُنْ حُبُّكَ كَلَفًا، وَلا يَكُنْ بُغْضُكَ تَلَفًا”، فلما سُئل: وكيف ذلك؟ قال: “إِذَا أَحْبَبْتَ فَلا تَكْلَفْ كَمَا يَكْلَفُ الصَّبِيُّ بِالشَّيْء يُحِبُّهُ، وَإِذَا أَبْغَضْتَ فَلا تَبْغَضْ بُغْضًا تُحِبُّ أَنْ يَتْلَفَ صَاحِبُكَ وَيَهْلِكَ
“Jika Anda mencintai jangan berlebihan seperti cintanya seorang bayi pada sesuatu secara berlebihan, dan jika Anda marah maka jangan membuat Anda senang hancurnya saudara Anda dan celaka”. (Bukhari dalam kita Adab) Hasan bin Ali berkata:
لا تُفْرِطْ فِي حُبِّكَ، وَلا تُفْرِطْ فِي بُغْضِكَ، مَنْ وَجَدَ دُونَ أَخِيهِ سِتْرًا فَلا يَكْشِفْ
“Jika Anda mencintai jangan berlebihan seperti cintanya seorang bayi pada sesuatu secara berlebihan, dan jika Anda marah maka jangan membuat Anda senang hancurnya saudara Anda dan celaka”. (Bukhari dalam kita Adab) Hasan bin Ali berkata:
لا تُفْرِطْ فِي حُبِّكَ، وَلا تُفْرِطْ فِي بُغْضِكَ، مَنْ وَجَدَ دُونَ أَخِيهِ سِتْرًا فَلا يَكْشِفْ
“Janganlah Anda berlebihan dalam mencintai sesuatu, dan jangan pula berlebihan dalam membenci sesuatu, dan barangsiapa yang menemukan pada saudaranya tanpa sitar (penutup) maka janganlah disingkap lagi”. (Abdul Razaq).
Dan diantara hak-hak ukhuwah adalah memberikan nasihat dengan adab-adab syar’i: jangan diumbar dan di depan umum, jangan disakiti dihadapan khalayak ramai dan pada suatu lembaga, dan jangan diungkap rahasia dirinya, jangan dibuat-buat dan dusta, tidak ada pembenaran penggunaan segala cara terhadap suatu kesalahan, tidak ada mujamalah dalam menghitung suatu kebenaran, tidak cenderung pada sakit hati dan pemenangan hawa nafsu, namun harus dengan nasihat yang aman dan benar serta jujur, bebas dari tuduhan, ditunaikan sesuai dengan amanah, dengan diringin adalah kasih sayang, dan menumbuhkan perasaan ukhuwah.
Ukhuwah adalah rahasia kekuatan dakwah kita:
Sesungguhnya ukhuwah yang kami sebutkan hak-haknya, wahai Ikhwanul Muslimin adalah sebuah batu yang mampu menghancurkan gelombang konspirasi dan usaha menguasai dakwah kita yang penuh berkah ini, dan ia merupakan titik awal sebuah kemenangan.
وَإِنْ يُرِيدُوا أَنْ يَخْدَعُوكَ فَإِنَّ حَسْبَكَ اللهُ هُوَ الَّذِي أَيَّدَكَ بِنَصْرِهِ وَبِالْمُؤْمِنِينَ. وَأَلَّفَ بَيْنَ قُلُوبِهِمْ لَوْ أَنفَقْتَ مَا فِي الأَرْضِ جَمِيعًا مَا أَلَّفْتَ بَيْنَ قُلُوبِهِمْ وَلَكِنَّ اللهَ أَلَّفَ بَيْنَهُمْ إِنَّهُ عَزِيزٌ حَكِيمٌ. يَا أَيُّهَا النَّبِيُّ حَسْبُكَ اللهُ وَمَنْ اتَّبَعَكَ مِنْ الْمُؤْمِنِينَ
“Dan jika mereka bermaksud menipumu, Maka Sesungguhnya cukuplah Allah (menjadi pelindungmu). Dialah yang memperkuatmu dengan pertolongan-Nya dan dengan Para mukmin, dan yang mempersatukan hati mereka (orang-orang yang beriman)[622]. walaupun kamu membelanjakan semua (kekayaan) yang berada di bumi, niscaya kamu tidak dapat mempersatukan hati mereka, akan tetapi Allah telah mempersatukan hati mereka. Sesungguhnya Dia Maha gagah lagi Maha Bijaksana. Hai Nabi, cukuplah Allah (menjadi Pelindung) bagimu dan bagi orang-orang mukmin yang mengikutimu”. (Al-Anfal:62-64)
Wahai Ikhwanul Muslimin: Sungguh nabi saw telah memaklumatkannya dengan jelas dan gamblang:
إِيَّاكُمْ وَالظَّنَّ، فَإِنَّ الظَّنَّ أَكْذَبُ الْحَدِيث، وَلاَ تَحَسَّسُوا، وَلاَ تَجَسَّسُوا، وَلاَ تَحَاسَدُوا، وَلاَ تَدَابَرُوا، وَلاَ تَبَاغَضُوا، وَكُونُوا عِبَادَ اللَّهِ إِخْوَانًا
“Jauhilah kalian akan buruk sangka, karena buruk sangka adalah sedusta-dusta ucapan, dan janganlah kalian saling menduga-duga, jangan saling mengintai, jangan saling hasad, jangan saling berkonspirasi, jangan saling benci (marah), namun jadilah kalian hamba Allah yang saling bersaudara“. (Muttafaq alaih).
Umat Islam di masa awal memahami dari Islam akan makna ukhuwah ini, merasuk dalam aqidah dan agama Allah secara kekal akan perasaan cinta dan bersatu serta berkasih sayang, dan fenomena yang paling mulia adalah ukhuwah dan ta’aruf, sehingga seakan mereka menjadi sosok yang satu, satu hati, satu tangan, maka Allah pun mewujudkan pada mereka kemenangan, kemuliaan dan kejayaan.
Karena itulah, marilah kita berpegang teguh pada ukhuwah yang kekal ini yang niscaya tidak akan sirna sekalipun dunia akan hancur, sekalipun hari-hari akan hilang dan berlalu namun ukhuwah akan tetap kekal sepanjang masa, dan hendaklah kita terus memelihara dan berambisi untuk menunaikan hak-hak ukhuwah ini, merasakan nilai-nilainya, menjaga wirid Rabithah setiap hari. Semoga Allah tetap bersama kalian dan tidak menyia-nyiakan perbuatan kalian.
Allah Maha besar dan segala puji hanya milik Allah
Muhammad Mahdi Akif
Mursyid Am Ikhwanul Muslimin
Tidak ada komentar:
Posting Komentar