Risalah; Kepada Para Pemuda dan Secara Khusus Kepada Para Mahasiswa
1/4/2010 | 17 Rabbi al-Thanni 1431 H | 4.396 views
Oleh: Al-Ikhwan.net Bismillahirrahmanirrrahim
Alah SWT berfirman:قُلْ إِنَّمَا أَعِظُكُمْ بِوَاحِدَةٍ أَنْ تَقُومُوا لِلَّهِ مَثْنَى وَفُرَادَى ثُمَّ تَتَفَكَّرُوا مَا بِصَاحِبِكُمْ مِنْ جِنَّةٍ إِنْ هُوَ إِلَّا نَذِيرٌ لَكُمْ بَيْنَ يَدَيْ عَذَابٍ شَدِيدٍ . قُلْ مَا سَأَلْتُكُمْ مِنْ أَجْرٍ فَهُوَ لَكُمْ إِنْ أَجْرِيَ إِلَّا عَلَى اللَّهِ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ شَهِيدٌ . قُلْ إِنَّ رَبِّي يَقْذِفُ بِالْحَقِّ عَلَّامُ الْغُيُوبِ. قُلْ جَاءَ الْحَقُّ وَمَا يُبْدِئُ الْبَاطِلُ وَمَا يُعِيدُ . قُلْ إِنْ ضَلَلْتُ فَإِنَّمَا أَضِلُّ عَلَى نَفْسِي وَإِنِ اهْتَدَيْتُ فَبِمَا يُوحِي إِلَيَّ رَبِّي إِنَّهُ سَمِيعٌ قَرِيبٌ
“Katakanlah, ‘Sesunguhnya aku hendak memperingatkan kepadamu satu hal saja, yaitu supaya kamu menghadap Allah (dengan ikhlas) berdua-dua atau sendiri-sendiri, kemudian kamu pikirkan (tentang Muhammad) tidak ada penyakit gila sedikit pun pada kawanmu itu. Dia tidak lain hanyalah pemberi peringatan bagi kamu sebelum (menghadapi) adzab yang keras.’ Katakanlah, ‘Upah apapun yang aku minta kepadamu, maka itu untuk kamu. Upahku hanyalah dari Allah. Dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu.’ Katakanlah, ‘Sesungguhnya Tuhanku mewahyukan kebenaran. Dia Maha Mengetahui segala yang ghaib.’ Katakanlah.’Kebenaran telah datang dan yang batil itu tidak akan memulai dan tidak pula akan mengulangi.’Katakanlah, ‘Jika aku sesat maka sesunggunya aku sesat atas kemudharatan diriku sendiri, dan jika aku mendapatkan petunjuk, maka itu adalah disebabkan apa yang diwahyukan Tuhanku kepadaku. Sesungguhnya Dia Maha Mendengar lagi Mahadekat.” (Saba’: 46-50)
Wahai pemuda!
Saya panjatkan puji kehadirat Allah, yang tiada Tuhan melainkan Dia. Semoga shalawat dan salam tetap tercurah kepada nabi Muhammad saw, Imam para pembaru dan penghulu para mujahid; keluarga; sahabat; dan para tabi’in.
Wahai pemuda!
Sesungguhnya, sebuah pemikiran itu akan berhasil diwujudkan manakala
- Kuat rasa keyakinan kepadanya,
- Ikhlas dalam berjuang di jalannya,
- Semakin bersemangat dalam merealisasikannya,
- Dan kesiapan untuk beramal dan berkorban dalam mewujudkannya.
Sepertinya keempat rukun ini, yakni iman, ikhlas, semangat, dana amal merupakan karekter yang melekat pada diri pemuda, karena sesungguhnya dasar keimanan itu adalah nurani yang menyala, dasar keikhlasan adalah hati yang bertaqwa, dasar semangat adalah perasaan yang menggelora, dan dasar amal adalah kemauan yang kuat. Itu semua tidak terdapat kecuali pada diri para pemuda.
Oleh karena itu, sejak dulu hingga sekarang pemuda merupakan pilar kebangkitan. Dalam setiap kebangkitan, pemuda merupakan rahasia kekuatannya. Dalam setiap fikrah, pemuda adalah pengibar panji-panjinya.
إِنَّهُمْ فِتْيَةٌ آمَنُوا بِرَبِّهِمْ وَزِدْنَاهُمْ هُدًى
“Sesungguhnya mereka itu adalah pemuda-pemuda yang beriman kepada Tuhan mereka dan Kami tambahkan kepada mereka petunjuk.” (Al-Kahfi: 13)
Beranjak dari sini, sesungguhnya banyak kewajiban kalian, besar tanggung jawab kalian, semakin berlipat hak-hak umat yang harus kalian tunaikan, dan semakin berat amanat yang terpikul di pundak kalian. Kalian harus berpikir panjang, banyak beramal, bijak dalam menentukan sikap, maju untuk menjadi penyelamat, dan hendaklah kalian mampu menunaikan hak-hak umat ini dengan sempurna.
Ada di antara pemuda yang tumbuh dalam situasi bangsa yang dingin dan tenang, di mana kekuasaan pemerintah telah tertanam kuat dan kemakmuran telah dirasakan oleh warganya. Sehingga pemuda yang tumbuh dalam suasana ini aktifitasnya lebih banyak tertuju kepada dirinya sendiri daripada untuk umatnya. Dia pun kemudian cendrung main-main dan berhura-hura karena meresa tenang jiwanya dan lega hatinya.
Ada juga pemuda tumbuh dalam suasana bangsa yang keras dan bergejolak, di mana bangsa itu sedang dikuasai oleh lawannya dan dalam semua urusan diperbudak oleh musuhnya. Bangsa ini berjuang semampunya untuk mengembalikan hak yang dirampas, tanah air yang terjajah, dan kebebasan, kemuliaan, sarta nilai-nilai agung yang hilang. Saat itulah kewajiban mendasar bagi pemuda yang tumbuh dalam situasi seperti ini adalah berbuat untuk bangsanya lebih banyak dari pada berbuat untuk dirinya sendiri. Jika ia lakukan hal itu, ia akan beruntung dengan mendapatkan kebaikan segera di medan kemenangan dan kebaikan -yang tertunda- berupa pahala dari Allah swt.
Barangkali, merupakkan suatu keberuntungan bagi kita bahwa kita termasuk pemuda kelompok kedua (yang dibesarkan dalam situasi keras dan bergejolak). Oleh karena itu, kedua mata kita pun terbuka di hadapan sebuah umat yang terus berjihad dan berjuang untuk mendapatkan hak dan kebebasannya. Bersiap-siaplah wahai para tokoh! Sungguh, alangkah dekatnya kemenangan bagi kaum mukminin dan alangkah besarnya keberuntungan bagi para aktifis yang tak henti berjuang.
Wahai pemuda!
Barangkali ancaman yang cukup berbahaya pada bangsa yang mau bangkit -dan kita sekarang di fajar kebangkitan- adalah munculnya beragam isme, banyaknya seruan-seruan, warna-warninya manhaj, perbedaan dalam penetapan strategi dan sarana perjuangan, dan tidak sedikitnya orang yang berambisi untuk menjadi pemimpin dan penguasa. Berawal dari sini, maka studi perbandingan terhadap isme-isme menjadi amat penting bagi siapa saja yang menginginkan perbaikan.
Dari sini pula, maka kewajiban saya adalah menerangkan kepada kalian dengan ringkas dan jelas dakwah Islam pada abad keempat belas hijriyah.
DAKWAH IKHWANUL MUSLIMIN, DAKWAH ABAD EMPAT BELAS HIJRIYAH
Wahai pemuda!
Kita telah beriman dengan keimanan yang tidak perlu diperdebatkan dan tidak ada keraguan di dalamnya. Kita juga telah yakin dengan sebuah keyakinan yang lebih tangguh dari gunung dan lebih dalam dari rahasia – rahasia yang ada di dalam benak, bahwa sesungguhnya tidak ada fikrah yang benar kecuali satu saja. Dialah fikrah yang bisa menyelamatkan dunia dari penindasan, memimbing manusia yang bimbang dan menunjukkannya ke jalan yang lurus. Oleh karena itu, rasanya hanya fikrah inilah yang pantas untuk berkorban dengan jiwa dan harta, dengan yang murah ataupun yang mahal, demi deklarasi dan penyebaran kebenarannya, serta membawa manusia ke dalam naungannya. Fikrah itu adalah Islam yang hanif, tiada cacat didalamnya, tiada setitik noda menyelimutinya, dan tidak akan sesat bagi yang mengikutinya.
شَهِدَ اللَّهُ أَنَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ وَالْمَلَائِكَةُ وَأُولُو الْعِلْمِ قَائِمًا بِالْقِسْطِ لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ
“Allah menyatakan bahwasanya tidak ada Tuhan melainkan Dia, yang menegakkan keadilan. Para malaikat dan orang-orang yang berilmu (juga menyatakan yang demikian itu). Tiada Tuhan melainkan Dia, Yang Maha perkasa lagi Mahabijaksana.” (Ali-Imran: 18)
الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ الْإِسْلَامَ دِينًا
“Pada hari ini telah kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah kucukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah kuridhai Islam itu sebagai agama bagimu.” (Al-Maidah: 3)
Oleh karena itu, fikrah kami adalah Islam an sich; di atas Islam fikrah itu tegak, kepada Islam fikrah itu bersandar, demi Islam fikrah itu berjihad, dan karena meninggikan kalimatnya fikrah itu beramal. Kita tidak mungkin akan mengganti Islam sebagai sistem, tidak rela menjadikan selainnya sebagai imam, dan tidak akan taat kepada yang lain dalam pengambilan hukum.
وَمَنْ يَبْتَغِ غَيْرَ الْإِسْلَامِ دِينًا فَلَنْ يُقْبَلَ مِنْهُ وَهُوَ فِي الْآخِرَةِ مِنَ الْخَاسِرِينَ
“Barang siapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidak akan diterima (agama itu) darinya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi.” (Ali Imran: 85)
Telah datang kepada Islam dan kaum muslimin suatu masa yang di dalamnya terjadi peristiwa demi peristiwa dan bergilir bencana demi bencana. Musuh-musuh mereka berusaha memadamkan lentera Islam, menyembunyikan keagungannya, menyesatkan para pengikutnya, melenyapkan hukum-hukumnya, melemahkan bala tentaranya, dan menyelewengkan ajarannya -dengan cara mengurangi, menambahi, atau men-ta’wilkan dengan interprestasi yang tidak semestinya. Situasi itu masih berlanjut dengan lenyapnya Islam pada skala internasional, tercabik-cabiknya tentara Muhammad saw, dan jatuhnya bangsa ini ke dalam genggaman kaum kafir dalam keadaan hina dan tidak berdaya.
Oleh karenanya, kewajiban pertama bagi kita sebagai aktifis ikhwan adalah menyampaikan kepada manusia tentang batas-batas Islam ini secara jelas dan sempurna, tanpa ditambah dan dikurangi, dan tidak pula membuat rancu ajarannya. Hal yang demikian itu merupakan aspek teoritis dari fikrah kami. Kemudian, pada saat yang bersamaan kami menuntut dan mengkondisikan mereka untuk mewujudkannya dalam amal nyata. Hal yang kedua inilah merupakan aspek amali dari fikrah kami.
Tiang penyangga kami dalam melaksanakan itu semua adalah Kitab Allah yang tiada kebatilan di depan dan di belakangnya, Sunah Rasul yang shahih, dan sirah kaum salaf dari umat ini. Di balik itu, kami tidak menghendaki apa-apa kecuali ridha Allah, melaksanakan kewajiban, membimbing manusia, dan menunjuki mereka.
Kami akan berjuang untuk terwujudnya fikrah kami, kami akan berjuang atas apa yang telah kami yakini, kami akan mengajak manusia ke sana, dan akan kami kerahkan segala sesuatu demi keberhasilannya. Dengan demikian, kami akan hidup mulia atau mati terhormat. Syi’ar abadi kami adalah :
Allah tujuan kami; Rasul pemimpin kami; Al-Qur’an undang-undang kami; jihad jalan kami; dan mati di jalan Allah adalah cita-cita kami tetinggi.
Wahai pemuda !
Sesungguhnya, Allah telah memuliakan kalian dengan menisbatkan diri kepada-Nya, beriman terhadap keberadaan-Nya, dan tumbuh dalam naungan agama-Nya. Dengan agama itu pula, Allah menetapkan atas kalian derajat yang tinggi di dunia, amanah kepemimpinan atas sekalian alam, dan kemudian seorang ustadz di hadapan murid-muridnya.
كُنْتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَتُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ
“Kamu adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’rif dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah.” (Ali-Imran: 110)
Oleh karenanya, yang pertama kali Allah serukan kepada kalian adalah hendaklah kalian yakin akan eksistensi kalian, mengetahui posisi kalian, dan percaya bahwa kalian adalah para pewaris kekuasaan dunia, meski musuh-musuh kalian adalah menghendaki agar kalian tetap terhina. Kalian adalah para guru bagi dunia, meski pihak-pihak selain kalian berusaha untuk menggungguli dengan gebyar kehidupan dunia. Sesungguhnya, kesudahan terbaik adalah bagi orang-orang yang bertaqwa.
Oleh karena itu, (wahai pemuda) perbaruilah iman, kemudian tentukan sasaran dan tujuan langkah kalian.
Sesungguhnya, kekuatan pertama adalah iman, buah dari iman ini adalah kesatuan, dan konsekuensi logis kesatuan adalah kemenangan yang gilang gemilang. Oleh karenanya, berimanlah kalian, eratkanlah ukhuwah, sadarilah, dan kemudian tunggulah (setelah itu) datangnya kemenangan.
“Berikan kabar gembira kepada orang-orang yang beriman:
Dunia ini sedang dalam kondisi gundah gulana. Semua sistem yang ada telah gagal melakukan perbaikan. Sesungguhnya, tidak ada jalan keluar dari permasalahan itu kecuali Islam. Oleh karenanya, majulah dengan asma Allah untuk menyelamatkannya. Semua orang tengah menunggu datangnya seorang juru selamat, dan juru selamat itu tiada lain kecuali risalah Islamiyah, di mana kalian yang membawa lenteranya dan memberikan kabar gembira kepada manusia dengan keberadaannya.
Wahai pemuda !
Sesungguhnya, manhaj Ikhwanul Muslimin itu telah jelas tahapan dan langkah-langkahnya. Kalian tahu benar apa yang kami inginkan dan kami paham benar sarana apa saja yang dipergunakan untuk mewujudkan keinginan itu.
Pertama-tama:
Kami menginginkan seorang yang muslim dalam pola pikir dan akidahnya, dalam moralitas dan perasaannya, serta dalam amal dan perilakunya. Ini merupakan salah satu upaya pembentukkan individu mukmin dalam dakwah kami.
Setelah itu, kami menginginkan terbangunnya rumah tangga yang islami dalam pola pikir dan akidahnya, dalam moralitas dan perasaannya, serta dalam amal dan perilakunya. Untuk itu, kami juga memperhatikan kaum wanita sebagaimana perhatian kami kepada kaum pria. Kami juga memperhatikan anak-anak sebagimana perhatian kami kepada pemuda.
Setelah itu, kami juga menginginkan bangsa yang muslim. Untuk itulah, kami berusaha agar dakwah kami sampai ke setiap pelosok, suara kami bisa didengarkan si setiap tempat, fikrah kami bisa dipahami dengan mudah, serta bisa menerobos ke seluruh penjuru desa, kota, dan pusat-pusat kegiatan. Untuk itu, kami tidak akan menyia-nyiakan potensi dan sarana yang ada.
Setelah itu, kami menginginkan sebuah pemerintahan Islam yang bisa memimpin bangsa menuju masjid dan membimbing manusia kepada hidayah Islam, sebagaimana pemerintahan Islam sebelumnya yang telah berhasil membawa mereka ke jalan itu dengan bimbingan para sahabat Rasul, seperti Abu Bakar dan Umar ra.
Dari sinilah kami tidak mengakui sistem pemerintahan apa pun yang tidak menekankan dan tidak bertumpu pada asas Islam. Kami juga tidak mengakui partai-partai politik yang ada dan berbagai bentuk pemerintahan konservatif yang dipaksakan oleh orang kafir dan musuh-musuh Islam untuk menerapkan dan mengamalkannya. Kami akan berusaha untuk menghidupkan sistem hukum Islam dalam setiap aspeknya dan membangun pemerintahan yang islami dengan berasaskan sistem ini.
Setelah itu kami menginginkan agar setiap jengkal dari negeri-negeri kami yang muslim bergabung bersama kami. Negeri-negeri itulah yang dahulu dijajah dan dipecah belah oleh sistem politik Barat dan diporak-porandakan kesatuannya oleh ambisi bangsa-bangsa Eropa. Oleh karena itu, kami tidak mengakui adanya pembagian-pembagian teritorial yang bersifat politis dan berbagai kesepakatan internasional yang ada setelahnya, karena hal itu semualah yang telah menjadikan negara Islam yang besar ini terpecah menjadi negara-negara kecil yang lemah, sehingga mudah dikuasai oleh penjajah. Kami tidak akan tinggal diam terhadap proyek pemberangusan kemerdekaan bangsa dan membiarkan mereka menjadi budak bagi bangsa lainnya. Mesir, Syiria, Irak, Hijaz, Libya, Tunis, Aljazair, Mauritania, dan setiap jengkal tanah yang di dalamnya terdapat seorang muslim yang berseru “Laa ilaaha Illallah”, semua itu adalah Negara Islam Raya. Kami berusaha untuk memerdekakan, menyelamatkan, membebaskan, dan mempersatukan antar yang satu dengan lainnya.
Kalau penguasa Jerman memaksakan kehendaknya untuk melindungi setiap orang yang mengalir di tubuhnya darah Aria, maka sesungguhnya ajaran Islam mewajibkan kepada setiap muslim agar menjadikan dirinya sebagai pelindung bagi siapa saja yang relung jiwanya terisi oleh ajaran-ajaran Al-Qur’an. Oleh karenanya, dalam tradisi Islam, faktor kesukuan tidak boleh lebih dominan daripada faktor iman. Dalam Islam, akidah adalah segalanya. Bukankah hakekat iman seseorang itu tercermin dari pengungkapan cinta dan bencinya?
Setelah itu, kami menginginkan agar panji Islam kembali berkibar memenuhi jagad raya. Dahulu, pada beberapa kurun waktu wilayah-wilayah ini pernah sejahtera dalam naungan Islam. Bergema di dalamnya suara muadzin dengan takbir dan tahlilnya. Kemudian, datanglah masa di saat para penjajah berupaya memadamkan cahayanya, maka kembalilah wilayah-wilayah itu kepada kekufuran. Andalusia, Cicilia, Balkan, negeri-negeri Italia bagian selatan dan Cyprus, semua itu (dulu) merupakan wilayah Islam, dan di waktu mendatang harus kembali ke pangkuan Islam. Laut Tengah dan Laut Merah yang merupakan dua laut Islam juga harus kembali seperti sedia kala. Jika Jendral Musolini berpendapat bahwa imperium Romawi dan negara-negara yang tergabung dalam imperium itu dahulu harus kembali ke dalam rengkuhannya -yang itu hanya didasarkan atas ambisi dan desakan hawa nafsu- maka tentunya kita lebih berhak untuk mengembalikan kejayaan imperium Islam, yang pernah tegak di atasnya kebenaran dan keadilan, dan yang telah menebarkan cahaya hidayah kepada sekalian manusia.
Setelah itu, dengan berkibarnya panji Islam tadi kami bermaksud mendeklarasikan dakwah kami kepada seluruh alam, menyampaikannya kepada sekalian manusia, memenuhi seantero bumi dengan ajarannya, dan memaksa setiap penguasa yang diktator untuk tunduk kepadanya. Sampai akhirnya tidak ada lagi fitnah dan agama ini semuanya milik Allah. Saat itulah, kaum muslimin bergembira dengan pertolongan Allah. Allah menolong siapa saja yang dikehendaki-Nya dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pemurah.
Pada setiap tahapan yang telah kita paparkan di atas terdapat langkah, rincian, dan sarana-sarananya. Namun, di sini kami hanya memaparkan dengan tidak memperpanjang uraian dan tidak pula membuat rincian. Allah adalah Dzat tempat memohon pertolongan. Cukuplah Dia bagi kami, Dia adalah sebaik-baik pelindung.
Mungkin mereka yang picik dan pengecut akan mengatakan bahwa itu semua adalah angan-angan dan ilusi yang sedang menyelimuti jiwa manusia. Sungguh, perkataan ini adalah sebuah kekerdilan yang kami tidak pernah mengenalnya dan Islam pun tidak mengakuinya. Dia adalah sifat wahn yang bersemayam dalam hati umat ini. Sifat itulah yang menjadikan musuh-musuh Islam semakin menancapkan kuku-kuku pengaruhnya dalam tubuh umat ini. Itu semua adalah wujud kegersangan hati dan nilai-nilai keimanan, dan keberadaannya menjadi sebab utama terpuruknya kaum muslimin. Kami akan mendeklarasikan dengan lantang bahwa setiap muslim tidak percaya dengan manhaj seperti ini, tidak akan berbuat untuk merealisasikannya, dan yang demikian itu memang tidak mendapat tempat dalam Islam. Oleh karenanya hendaklah mereka mencari fikrah lain yang bisa menjamin dan mengamalkannya.
Wahai pemuda!
Kalian tidak lebih lemah dari generasi sebelum kalian, yang dengan perantaraan mereka Allah membuktikan kebenaran manhaj ini. Oleh karenanya, janganlah merasa resah dan jangna merasa lemah. Pampangkan di depan mata kalian firman Allah:
الَّذِينَ قَالَ لَهُمُ النَّاسُ إِنَّ النَّاسَ قَدْ جَمَعُوا لَكُمْ فَاخْشَوْهُمْ فَزَادَهُمْ إِيمَانًا وَقَالُوا حَسْبُنَا اللَّهُ وَنِعْمَ الْوَكِيلُ
“(Yaitu )orang-orang (yang mentaati Allah dan Rasul-Nya) yang kepada mereka ada orang-orang yang mengatakan, ‘Sesungguhnya manusia telah mengumpulkan pasukan untuk menyerang kamu, karena itu takutlah kepada mereka, ‘maka perkataan itu menambah keimanan mereka dan mereka menjawab, ‘Cukuplah Allah menjadi penolong kami dan Allah sebaik-baik pelindung.” (Ali-Imran: 173)
Kita akan menempa diri, sehingga setiap kita menjadi seorang muslim sejati. Kita akan membina rumah tangga – rumah tangga kaum muslimin menuju terbangunnya rumah tangga yang islami. Setelah itu, kita akan menempa bangsa kita menjadi bangsa yang muslim, yang tertegak di dalamnya kehidupan masyarakat yang islami. Kita akan meniti langkah-langkah yang sudah pasti, dari awal hingga akhir perjalanan. Kita akan mencapai sasaran yang telah digariskan Allah bagi kita, bukan yang kita paksakan untuk diri kita. Allah tidak menghendaki kecuali menyempurnakan cahaya-Nya, meski orang-orang kafir tidak menyukainya.
Untuk itu, kita telah mempersiapkan keimanan yang tidak mungkin goyah, amal yang berkelanjutan, tsiqah (kepercayaan) kepada Allah yang tidak akan melemah, dan jiwa-jiwa yang merindukan pertemuan dengan Allah dalam keadaan syahid di jalan-Nya.
Jadikanlah itu semua sebagai landasan dan hakekat dari politik internal dan eksternal kita, karena sesungguhnya dengan begitu kita akan bertumpu kepada Islam. Kita pun akan mengetahui bahwa sesungguhnya memisahkan agama dari politik itu bukan dari ajaran Islam. Pemisahan itu tidak pernah dikenal oleh kaum muslimin yang jujur dalam beragama dan paham akan ruh ajarannya.
Oleh karena itu, hendaklah berlalu dari kami siapa saja yang ingin memalingkan kami dari manhaj ini, karena sesungguhnya mereka adalah musuh Islam, atau orang-orang Islam yang bodoh terhadap ajarannya. Tidak ada yang ingin memalingkan kami darinya kecuali salah satu di antara keduanya.
Wahai pemuda!
Adalah kesalahan besar bagi mereka yang menduga bahwa jamaah Ikhwanul Muslimin adalah Jamaah Darwis, di mana para pengikutnya membatasi diri dalam wilayah sempit dari pemahaman masalah ibadah. Seluruh konsentrasi gerak mereka adalah shalat, shaum, dzikir, dan tasbih.
Kaum muslimin pada periode awal tidak pernah mengenal dan mengimani Islam dengan pemahaman seperti ini. Akan tetapi, mereka meyakini Islam sebagai akidah dan ibadah, negara dan kewarganegaraan, akhlak dan materi, budaya dan undang-undang, serta toleransi dan kekuatan. Mereka meyakini Islam sebagai sistem paripurna yang melingkupi seluruh aspek kehidupan, mengatur perkara dunia sebagaimana dia mengatur perkara akhirat. Mereka yakin bahwa Islam adalah sistem operasional sekaligus spiritual. Islam menurut mereka adalah agama dan daulah, mushaf dan pedang.
Dengan pemahamana seperti itu, mereka tidak melupakan perkara ibadah dan tidak alpa dari menjalankan kewajiban-kewajiban terhadap Raab-Nya. Mereka berusaha untuk ihsan dalam sholat, tilawah Al-Qur’an, berdzikir kepada-Nya sebagaimana yang telah diajarkan kepada mereka tanpa tambah atau dikurangi, tidak dibuat-buat, dan tidak pula dipersulit. Mereka adalah orang-orang yang paling tahu tentang sabda Rasulullah saw.,
” Sesungguhnya agama ini kokoh, maka masukilah ia dengan lemah lembut…”
Namun demikian, mereka tetap bisa mengambil bagian dari dunia dengan tidak mempengaruhi pencapaian keberhasilan akhiratnya. Mereka memahami firman Allah,
قُلْ مَنْ حَرَّمَ زِينَةَ اللَّهِ الَّتِي أَخْرَجَ لِعِبَادِهِ وَالطَّيِّبَاتِ مِنَ الرِّزْقِ
“Katakanlah, ‘ Siapakah yang mengharamkan perhiasan dari Allah yang telah dikeluarkan-Nya untuk hamba-hamba-Nya dan (siapa pulakah yang mengharamkan) rizki yang baik?” (Al-A’raf:32)
Ikhwan memahami bahwa sebaik-baik identitas untuk sebuah jamaah adalah identitas yang disandang oleh sahabat Rasulullah saw., yakni,
رُهْبَانٌ بِاللَّيْلِ وَفُرْسَانٌ بِالنَّهَار
“Layaknya pendeta di malam hari dan seperti penunggang kuda di siang hari”.
Salah juga bahwa ada yang menyangka bahwa Ikhwanul Muslimin apatis terhadap masalah kenegaraan dan Nasionalisme. Kaum muslimin adalah orang-orang yang paling ikhlas berkorban bagi negara, mau berkhidmat kepadanya, dan menghormati siapa saja yang mau berjuang dengan ikhlas dalam membelanya. Anda tahu sampai sebatas mana mereka paham tentang Nasionalisme mereka dan kemuliaan macam apakah yang mereka inginkan untuk umatnya.
Namun, perbedaan prinsip antara kaum muslimin dengan kaum yang lainnya dari para penyeru Nasionalisme murni adalah bahwa asas Nasionalisme Islam itu akidah islamiyah. Oleh karenanya, mereka pun beraktivitas untuk negara seperti Mesir, berjuang dan berkorban demi eksitensinya, dan bahkan banyak dari mereka yang gugur dalam perjuangn ini, karena bagi mereka Mesir adalah bumi Islam dan tanah air bagi umatnya. Perasaan (anggapan) seperti ini tidak hanya terhadap Mesir saja, tapi juga untuk seluruh bumi Islam, untuk seluruh negeri kaum muslimin. Sementara penyeru Nasionalisme murni berhenti hanya sebatas negaranya saja. Ia tidak pernah merasakan adanya kewajiban membela negara kecuali sekedar taklid kepada pendahulu, atau ambisi ingin meraih popularitas, atau ingin mengejar prestise, atau kepentingan tertentu yang lain. Mereka berbuat bukan karena kewajiban yang telah ditetapkan oleh Allah atas hamba-hambanya.
Adapun pemahaman Ikhwanul Muslimin terhadap Nasionalisme, maka cukuplah anda mengetahuinya dengan membaca kalimat berikut. Mereka yakin dengan seyakin-yakinnya bahwa mengabaikan sejengkal tanah milik seorang muslim yang terjajah itu adalah tindak kriminal yang tidak akan terampuni, sampai kita mau berbuat dan bisa mengembalikan kemerdekaannya, atau menghancurkan para perampasnya. Tidak ada keselamatan dari siksa Allah kecuali dengan cara ini.
Salah besar jika ada yang menyangka bahwa Ikhwanul Muslimin adalah para da’i yang menyeru manusia kepada kemalasan dan keterlenaan. Ikhwan selalu menyerukan di setiap kesempatan bahwa seorang muslim harus menjadi pelopor dalam segala sesuatu. Ikhwan tidak rela hidup tanpa qiyadah, tanpa amal, dan tanpa keunggulan dalam segala hal, baik dalam ilmu, kekuatan, kesehatan, maupun finansial, karena keterbelakangan dalam suatu sisi dari berbagai sisi yang ada itu akan membahayakan fikrah kami dan -lebih dari itu- bertentangan dengan ajaran Islam.
Kendati demikian, kami juga tidak mengingkari adanya watak materialis pada manusia, yang menjadikan mereka egois dan individualis. Mereka mencurahkan keahlian, waktu, dan potensinya untuk kepentingan dirinya sendiri. Maka masing-masing mereka tidak pernah berpikir untuk beramal bagi yang lainnya, dan sama sekali tidak memperhatikan kepentingan umatnya. Padahal Rasulullah saw. pernah bersabda:
ْمَنْ لَمْ يَهْتَمْ بِأَمْرِ الْمُسْلِمِيْنَ فَلَيْسَ مِنْهُم
“Barangsiapa yang tidak memperhatikan perkara kaum muslimin, maka dia bukan golongan mereka.”
Sebagaimana beliau juga bersabda:إِنَّ اللَّهَ كَتَبَ الْإِحْسَانَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ
“Sesungguhnya Allah menggariskan (untuk berbuat) ihsan dalam segala hal.” (Muslim)
Tidak benar jika ada yang menyangka bahwa Ikhwanul Muslimin adalah kumpulan para propagandis rasialisme yang membeda-bedakan status sosial diantara anggota masyarakat. Kami menyatakan bahwa Islam adalah agama yang sangat menekankan kepada pemeluknya untuk menghormati kesatuan kemanusiaan secara umum. Sebagaimana termaktub dalam firman Allah,يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَاكُمْ مِنْ ذَكَرٍ وَأُنْثَى وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوبًا وَقَبَائِلَ لِتَعَارَفُوا
“Hai Manusia, sesungguhnya kami menciptakan kamu dan seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku, supaya kamu saling kenal mengenal .” (Al-Hujurat: 13)
Islam datang untuk mewujudkan kebaikan bagi sekalian manusia dan sebagai rahmatan lil alamin. Dan agama yang demikian itu tentunya jauh dari membeda-bedakan hati dan membelah-belah dada. Dari sinilah Al-Qur’an datang untuk menegaskan kesatuan ini, sebagaimana dalam firman-Nya,
لَا نُفَرِّقُ بَيْنَ أَحَدٍ مِنْ رُسُلِهِ
“Kami tidak membeda-bedakan antara seseorang pun dari rasul-rasul-Nya.” (Al-Baqarah: 285)
Islam telah mengharamkan permusuhan, sampai-sampai dalam keadaan marah dan benci sekalipun. Maka Allah swt. berfirman,
وَلَا يَجْرِمَنَّكُمْ شَنَآنُ قَوْمٍ عَلَى أَلَّا تَعْدِلُوا اعْدِلُوا هُوَ أَقْرَبُ لِلتَّقْوَى
“Dan jangan sekali-kali kebencianmu kepada suatu kaum mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adilah karena adil itu lebih dekat kepada taqwa.” (Al-Maidah: 8)
Islam juga memerintahkan untuk berbuat baik (ihsan) antara sesama warga negara, meski berbeda ideologi dan agama.
لَا يَنْهَاكُمُ اللَّهُ عَنِ الَّذِينَ لَمْ يُقَاتِلُوكُمْ فِي الدِّينِ وَلَمْ يُخْرِجُوكُمْ مِنْ دِيَارِكُمْ
“Allah tidak melarang kamu untuk berbuat baik dan berlau adil kepada orang-orang yang tiada memerangimu karena agama dan tidak pula mengusir kamu dari negerimu.” (Al-Mumtahanah: 8)
Islam juga memerintahkan kepada kita untuk berbuat dan bermuamalah secara baik kepada orang-orang kafir dzimmi. Kami memahami ini semua, maka kami tidak pernah mengajak kepada perselisihan antara kelompok ataupun fanatisme golongan. Namun demikian kami juga tidak akan membeli kesatuan ini dengna iman kami, tidak akan melakukan tawar-menawar dalam masalah akidah untuk merealisasikannya, dan kami juga tidak akan pernah mengorbankan kemaslahatan kaum muslimin demi terwujudnya kesatuan yang semu. Kami hanya akan membeli kesatuan itu dengan kebenaran dan keadilan, dan cukuplah itu bagi kami. Maka barang siapa yang berusaha dengan yang selain itu, niscaya kami akan menghentikannya dan akan kami jelaskan mengenai kesalahan yang dilakukannya. Sungguh kemuliaan itu bagi Allah, Rasul-Nya, dan orang-orang beriman.
Salah juga jika ada yang menduga bahwa Ikhwanul Muslimin itu bekerja untuk kepentingan salah satu lembaga atau sebagai underbouw dari salah satu jamaah yang ada. Para aktifis ikhwan berbuat untuk meraih tujuan yang telah mereka yakini sesuai petunjuk dari Tuhannya. Dan petunjuk itu adalah Islam. Sementara pengikutnya ada di setiap waktu dan tempat. Mereka membelanjakan apa yang telah direzkikan Allah kepada mereka, semata-mata untuk mencari ridha-Nya. Mereka bangga bahwa hingga saat ini mereka tidak pernah menadahkan tangan untuk meminta bantuan kepada orang lain, dan tidak pernah memohon pertolongan kepada pihak luar, baik individu ataupun lembaga.
Wahai pemuda!
Di atas kaidah-kaidah yang kokoh kepada nilai-nilai ajaran yang tinggi inilah kami mengajak kalian semua. Jika kalian yakin dengan kebenaran fikrah kami, mau mengikuti langkah-langkah kami, bersedia meniti jalan Islam yang hanif bersama kami, rela melepaskan segala jenis fikrah yang selainnya, serta mau memperjuangkan keyakinan dengan semua potensi yang kalian miliki, maka cukuplah hal itu menjadi kebaikan kalian di dunia dan di akhirat. Dan insya Allah dengan perantaraan kalian, Allah akan mewujudkan sesuatu yang pernah diwujudkan pada masa generasi pendahulu kalian, pada periode awal dari perjalanan umat ini. Setiap aktifis dari kalian yang jujur di medan Islam akan mendapati apa yang membuat ia rela akan cita-citanya dan mau sibuk dengan aktifitasnya, jika ia adalah orang-orang yang jujur.
Adapun jika kalian menolak, bersikap plin-plan, meragukan, dan bimbang diantara isme-isme yang penuh syubhat dan sistem-sistem yang telah nyata-nyata gagal, maka sesungguhnya barisan Allah akan tetap berlalu tanpa harus dipusingkan oleh sedikit atau banyaknya jumlah.
وَمَا النَّصْرُ إِلَّا مِنْ عِنْدِ اللَّهِ الْعَزِيزِ الْحَكِيمِ
“Dan tiadalah kemenangan itu kecuali dari sisi Allah yang Mahaperkasa lagi Maha bijaksana.” (Ali Imran:126)
IKHWANUL MUSLIMIN DI BAWAH NAUNGAN PANJI AL-QUR’AN
Kepada para pemuda…. Yang merinduk lahirnya kejayaan …
Kepada umat yang tengah…. Kebingungan di persimpangna jalan…
Kepada para pewaris peradaban yang kaya raya…. Yang telah menggoreskan catatan membanggakan
Di lembar sejarah umat manusia… Kepada setiap muslim….
Yang yakin akan masa depan dirinya…. Sebagai pemimpin dunia dan peraih kebahagiaan
Di kampung akhirat… Kepada mereka semua kami persembahkan risalah ini….
RISALAH IMAM SYAHID HASAN AL-BANNA
Adalah sebuah risalah masa lalu yang penuh kobaran semangat jihad, untuk generasi hari ini yang tengah bergejolak dan dilanda kegelisahan…
Sebuah bekal hari ini yang sarat tuntutan, Untuk masa depan yang penuh cahaya…
Wahai para pemuda…
Wahai mereka yang memiliki cita-cita luhur….
Untuk membangun kehidupan…
Wahai kalian yang rindu akan kemenangan agama Allah….
Wahai semua yang turun ke medan…
Demi mempersembahkan nyawa di hadapan Tuhannya….
Disinilah petunjuk itu, di sinilah bimbingan…
Di sinilah hikmah itu, disinilah kebenaran…
Di sini kalian dapati keharuman pengorbanan dan kenikmatan jihad…
Bersegeralah bergabung dengan pareda bisu…
Untuk bekerja di bawah panji penghulu para nabi…
Untuk menyatu dengan pasukan Ikhwanul Muslimin…
“Sehingga tidak ada lagi fitnah di muka bumi dan agama seluruhnya milik Allah.”
Ikhwanul Muslimin
Segala puji bagi Allah, shalawat dan salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad saw, keluarga, dan para sahabatnya.
Kami ucapkan salam Islam, salam dari sisi Allah yang penuh berkah dan kebaikan,
“Assalaamu’Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.”
Wahai Ikhwanul Muslimin…
Wahai umat manusia seluruhnya….
Suara jeritan ini; yang berkumandang dari relung tragedi kemanusiaan yang getir dan memilukan; yang lahir dari rahim kegelapan zaman ini, di arus kehidupan yang memancar dari teriakan prihatin seluruh alam; yang dibawa oleh gelombang lembut menyelusup ke berbagai penjuru kehidupan; yang dapat mematikan secara mengejutkan segala impian, janji-janji, dan fenomena yang menipu serta penuh kepalsuan; Mendorong kita untuk terjun dengan dakwah ini…
Dakwah yang tenang, namun lebih gemuruh dari tiupan angin topan yang menderu…
Dakwah yang rendah hati, namun lebih perkasa dari keangkuhan gunung yang menjulang…
Dakwah yang terbatas, namun jangkauannya lebih luas dari belahan bumi seluruhnya…
Ia sepi dari prilaku yang menipu, dan gemerlap yang penuh dusta. Sebaliknya, ia dikemas oleh keagungan hakikat, keindahan wahyu, dan pemeliharaan Allah.
Ia bersih dari berbagai kerakusan nafsu dan kepentuingan pribadi. Oleh karenanya, ia mampu melahirkan putra-putra generasi yang percaya padanya dan tulus bekerja untuknya; yang memandu tertegaknya bangunan di bawah naungan dakwah yang pertama…
Wahai Ikhwanul Muslimin…
Wahai manusia seluruhnya…
Dangarlah suaranya yang bergemuruh, yang disambut oleh seruan para da’i setelahnya sebagaimana teriakan dakwah sebelumnya;
يَا أَيُّهَا الْمُدَّثِّرُ . قُمْ فَأَنْذِرْ . وَرَبَّكَ فَكَبِّرْ
“Wahai yang berselimut, bangun dan berilah peringatran. Dan Tuhanmu maka agungkanlah.”
Bersamaan dengan itu berkumandang pula firman-Nya:
فَاصْدَعْ بِمَا تُؤْمَرُ وَأَعْرِضْ عَنِ الْمُشْرِكِينَ
“Maka sampaikanlah olehmu secara terang-terangan segala apa yang diperintahkan (kepadamu) dan berpalinglah dari orang-orang yang musyrik.” (Al-Hijr: 94)
Dan wahyu senantiasa menyeru seluruh umat manusia dengan seruan:
قُلْ يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنِّي رَسُولُ اللَّهِ إِلَيْكُمْ جَمِيعًا الَّذِي لَهُ مُلْكُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ يُحْيِي وَيُمِيتُ فَآَمِنُوا بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ النَّبِيِّ الْأُمِّيِّ الَّذِي يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَكَلِمَاتِهِ وَاتَّبِعُوهُ لَعَلَّكُمْ تَهْتَدُونَ
“Katakanlah, ‘Hai manusia sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu semua, yaitu Allah yang mempunyai kerajaan langit dan bumi; Tidak ada Tuhan selain Dia, Yang menghidupkan dan mematikan, ‘maka berimanlah kepada Allah dan kepada kalimat-kalimat-Nya (Kitab-kitab-Nya) dan ikutilah dia, supaya kamu mendapat petunjuk,” (Al-A’raf: 158)
Di mana posisi kita berhadapan pesan-pesan Islam ini?
Wahai Ikhwanul Muslimin…
Wahai manusia seluruhnya…
Sesungguhnya Allah swt. telah membangkitkan untukmu seorang pemimpin, telah menggariskan bagimu aturan, telah menjelaskan kepadamu hukum-hukum, menurunkan untukmu sebuah Kitab, menghalalkan yang halal dan mengharamkan yang haram, membimbingmu menuju kebaikan dan kebahagiaan, serta menunjukimu ke jalan yang lurus. Adakah kamu telah mengikuti pemimpin itu, kamu hormati aturannya, kamu praktekkan hukum-hukumnya, dan kamu sakralkan Kitab yang dibawanya? Sudahkah kamu halalkan yang ia halalkan dan kamu haramkan yang ia haramkan?
Berterus teranglah menjawab pertanyaan tersebut, niscaya akan kamu jumpai hakekat yang jelas dihadapanmu.
Seluruh aturan yang engkau jadikan pijakan dalam setiap urusan hidupmu adalah aturan buatan manusia belaka; yang tidak ada hubungannya dengan Islam; tidak digali dari sumber nilai Islam dan tidak pula disandarkan kepadanya.
Undang-undang yang mengatur urusan dalam negerimu, peraturan yang mengatur hubungan negaramu dengan negara lain (baik bilateral maupun multilateral), undang-undang peradilan, undang-undang pertahanan keamanan dan militer, sistem ekonomi (baik menyangkut ekonomi negera maupun personal), sistem pendidikan, bahkan undang-undang perkawinan dan kerumahtanggaan serta sistem perilaku personal, juga mentalitas umum para pejabat dan rakyat serta berbagai fenomena kehidupan yang dilahirkannya, semua itu adalah sistem dan undang-undang yang jauh dari nilai-nilai Islam.
Apa Lagi yang Masih Tersisa
Lihatlah masjid-masjid itu, yang megah dan indah, dia dipenuhi oleh orang-orang lemah dan renta, yang menunaikan rakaat shalatnya tanpa muatan ruh dan khusyuan, kecuali sedikit dari padanya yang mendapat hidayah Allah.
Sedangkan hari-hari puasa mereka setiap tahun tidak lebih dari sekedar saat-saat bermalasan dan berhari libur, serta saat untuk memanjakan makan dan minum di malam harinya. Sedikit sekali dari mereka yang memperoleh pembaharuan ruh iman dan penyucian hati dengan puasanya.
إِلَّا الَّذِينَ آَمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَقَلِيلٌ مَا هُمْ
“Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal sholeh, dan amat sedikitlah mereka itu…” (Shaad: 24)
Lalu berbagai penampilan yang menipu seperti pakaian, kopyah, tasbih dengan berbagai asesorisnya, jenggot yang menjuntai panjang, sorban yang membalut sekujur badan, kata-kata agamis yang diucapkan…. Apakah hanya sebatas itu hakekat Islam yang diinginkan Allah. Hanya sebatas itukah Islam yang diturunkan sebagai rahmat yang agung dan anugrah yang besar bagi seluruh alam?
Apakah seperti ini hidayah yang dibawa oleh Muhammad saw., yang dengannya hendak dikeluarkan manusia dari kegelapan menuju cahaya?
Itukah hakekat syari’at Al-Qur’an yang akan mengobati penyakit umat manusia dan menyelesaikan persoalan mereka, yang telah meletakkan sistem nilai -yang cermat dengan akarnya yang kokoh- untuk melakukan perbaikan?
Gelombang Taklid Kepada Barat
Wahai Ikhwanul Muslimin…
Wahai umat manusia seluruhnya…
Kita harus memahami bahwa sebuah gelombang peradaban yang siap menghempaskan dan arus pemikiran yang siap melemparkan telah mengharu-biru akal pikiran manusia, yang membuatnya lalai dan terperdaya, hingga jatuh tersunggkur dalam kubangan kenikmatan semu.
Berbagai faham dan aliran bangkit dengan seruannya, beragam filsafat pemikiran dan sisitem dimunculkan, berbagai bangunan peradaban ditegakkan, semua ini bersatu dalam rangka menghadapi arus Islam yang telah mengaliri jiwa putra-putranya.
Mereka bersatu untuk memperdayakan umat di tempat tingalnya sendiri, mengepung mereka dari segala penjuru, merasuki negeri dan rumah-rumah mereka, bahkan menguasai hati, nalar, dan perasaan mereka. Mereka menyiapkan segala daya dan upaya yang dapat memperdaya umat dengan kekuatan dan kekuasaannya, dengan suatu upaya yang belun pernah dilakukan sebelumnya.
Ia hancur luluhkan umat Islam hingga akar-akarnya, dan ia pencundangi berbagai negeri yang dahulu pernah cemerlang di bawah panji Daulah Islam. Dan ini semua memberi pengaruh yang amat nyata, sehingga lahirlah generasi yang gersang dan papa, yang lebih akrab dengan nilai-nilai di luar Islam daripada dengan miliknya sendiri.
Mereka lalu menempati posisi-posisi penting sebagai pengendali urusan umat, mereka menduduki posisi terhormat dalam urusan pemikiran dan politik, maupun moral dan agama. Bahkan banyak diantaranya yang menduduki lembaga eksekutif. Lalu mereka mendorong umat untuk bekerja memenuhi apa yang menjadi ambisi dan obsesinya, padahal dirinya tidak tahu persis apa yang dimauinya dan apa pula yang menjadi orientasi hidupnya.
Akhirnya, berkumandanglah suara propagandis yang menyeru kepada pemikiran toghut; jika kalian melepaskan sisi-sisa semangat Islam kalian, kalian terima dengan lapang dada tawaran untuk merengkuh nikmat hidup ini dengan segala harga, pola pikir dan Iafenomenanya, kalian lemparkan jauh-jauh pola pikir kuno yang ada di kepala dan benak kalian dengan tulus hati, tidak munafik dan menipu, maka hakikatnya kalian telah berprilaku sebagaimana orang-orang barat namun mulut kalian tetap bersuara sebagaimana orang-orang muslim.
Sesungguhnyalah kita mengetahui bahwa kita telah jauh dari hidayah dan akar Islam.
Sebenarnya Islam tidak menolak untuk memetik kemanfaatan dan hikmah dari mana pun datangnya, namun ia menolak tegas jika harus menyerupakan segala sesuatunya dengan hal yang di luar Islam, atau melemparkan aqidah, kaidah-kaidah hukum, serta pemikiran Islam, untuk kemudian membeo di belakang masyarakat yang telah terperdaya oleh dunia dan terperangkap oleh tipu daya syetan.
Sungguh , ilmu pengetahuan telah maju, keterampilan telah canggih, pemikiran telah berkembang, harta berceceran dan dunia gemerlapan dan umat manusia pun tenggelam dalam lautan kenikmatan.
Namun demikian, apakah ini semua mendatangkan kebahagian hakiki bagi mereka?
Apakah itu semua menciptakan rasa aman pada hidup mereka?
Atau, apakah itu semua membawa jiwa mereka menuju ketenangan dan kedamaian yang sejati?
Apakah setiap orang telah menikmati saat tidurnya?
Apakah air mata derita manusia benar-banar tiada lagi menetes?
Apakah kejahatan telah diperangi sehingga masyarakat telah aman daripadanya?
Apakah berjuta fakir miskin telah benar-benar dapat mencukupi kebutuhan perutnya yang dililit rasa lapar?
Apakah berbagai tempat hiburan dan kesenangan yang telah memenuhi setiap tempat benar-benar telah menghibur mereka yang didera derita hidup terus-menerus?
Apakah masyarkat telah benar-benar mencicipi hidangan ketenangan dan kedamaian, dan telah aman dari perilaku orang-orang aniaya?
Wahai manusia, sedikitpun tidak mereka dapatkan semua itu.
Jika demikian, lalu apa keistimewaan peradaban ini dibanding dengan peradaban yang lain?
Dan bukan itu saja.
Tidakkah kita melihat bahwa sistem hukum, sistem pendidikan, dan akar filsafat mereka, bahkan paradigma ilmu pengetahuan yang mereka bangun serta angka-angka yang mereka ciptakan terdapat sesuatu yang paradoks antara satu bagian dengan bagian lainnya.
Dan tidakkah kita mengamati bahwa berbagai eksperimen yang telah meminta korban yang besar dan waktu yang panjang berujung pada kegagalan yang pahit, keputusasaan dan penderitaan?
URGENSI KEBERADAAN KITA
Lantas apa urgensi keberadaan kita wahai Ikhwanul Muslimin?
Secara umum dapat kita katakan bahwa kita berhadapan dengan gelombang materialisme, yang berupa kebangkitan sektor materi dan peradaban kelezatan serta syahwat, yang mana ia telah memerosotkan moral bangsa-bangsa Islam, menjauhkan mereka dari kepemimpinan Nabi saw. Dan hidayah Qur’an, menghalangi dunia dari bimbingannya, menarik mundur peradabannya ke masa ratusan tahun silam sehingga kita terbelenggu di negeri sendiri dan membiarkan masyarakat bergulat dengan derita.
Kita tidak boleh tinggal diam di hadapan ini semua, namun harus hadapi mereka ditempatnya dan siap bertempur di bumi mana ia bercokol, hingga dunia seluruhnya menyuarakan dakwah atas nama Nabi saw. Dan menanamkan keyakinan kepada semua bangsa terhadap nilai-nilai Islam.
Dengan demikian, terkembanglah payung Islam mengayomi seluruh bumi. Ketika itulah impian setiap muslim terwujud. Tidak ada lagi fitnah dan agama seluruhnya hanya milik Allah.
وَهُمْ مِنْ بَعْدِ غَلَبِهِمْ سَيَغْلِبُونَ . فِي بِضْعِ سِنِينَ لِلَّهِ الْأَمْرُ مِنْ قَبْلُ وَمِنْ بَعْدُ وَيَوْمَئِذٍ يَفْرَحُ الْمُؤْمِنُونَ . بِنَصْرِ اللَّهِ يَنْصُرُ مَنْ يَشَاءُ وَهُوَ الْعَزِيزُ الرَّحِيمُ
“Bagi Allah-lah urusan sebelum dan sesudah (mereka menang). Dan di hari kemenangan itu bergembiralah orang-orang yang beriman karena pertolongan Allah. Dia menolong siapa saja yang dikehendaki-Nya dan Dialah yang Mahaperkasa lagi Maha Penyayang.” (A-Ruum: 30)
Itulah urgensi keberadaan kita scara umum.
Adapun dalam tatanan praktis kita ingin menegakkan nilai-nilai Islam di negeri Mesir terlebih dahulu, karena ia berada di barisan depan diantara berbagai bangsa Islam dan masyarakatnya. Setelah itu baru ditegakkan di negara-negara lainnya.
Menegakkan sistem perundangan dalam negeri, sebagai perwujudan firman Allah:
وَأَنِ احْكُمْ بَيْنَهُمْ بِمَا أَنْزَلَ اللَّهُ وَلَا تَتَّبِعْ أَهْوَاءَهُمْ وَاحْذَرْهُمْ أَنْ يَفْتِنُوكَ عَنْ بَعْضِ مَا أَنْزَلَ اللَّهُ إِلَيْكَ
“Dan hendaklah kamu memutuskan perkara di antara mereka menurut apa yang diturunkan Allah, dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka. Dan berhati-hartilah kamu terhadap mereka supaya mereka tidak memalingkan kamu dari sebagian apa yang diturunkan Allah kepadamu…” (Al-Maidah: 49)
Menegakkan sistem perundangan yang mengatur hubungan negara dengan berbagai bangsa di dunia, untuk mewujudkan firman Allah:
وَكَذَلِكَ جَعَلْنَاكُمْ أُمَّةً وَسَطًا لِتَكُونُوا شُهَدَاءَ عَلَى النَّاسِ وَيَكُونَ الرَّسُولُ عَلَيْكُمْ شَهِيدًا
“Dan demikian pula Kami telah menjadikan kamu (umat Islam) umat yang adil dan pilihan agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia agar Rasul (Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan) kamu…” (Al-Baqarah: 143)
Menegakkan hukum peradilan yang berpijak pada ayat Al-Qur’an:
فَلَا وَرَبِّكَ لَا يُؤْمِنُونَ حَتَّى يُحَكِّمُوكَ فِيمَا شَجَرَ بَيْنَهُمْ ثُمَّ لَا يَجِدُوا فِي أَنْفُسِهِمْ حَرَجًا مِمَّا قَضَيْتَ وَيُسَلِّمُوا تَسْلِيمًا
“Maka demi Tuhanmu, mereka (pada hakikatnya) tidak beriman hingga mereka menjadikan kami hakim terhadap perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa dalam hati mereka sesuatu keberatan terhadap putusan yang kamu berikan dan mereka menerima dengan sepenuhnya.” (An-Nisa: 65)
Menegakkan sistem perundangan pertahanan dan keamanan serta militer, untuk merealisasi anjuran sikap siaga menghadapi perintah yang tertuang dalam Qur’an:
انْفِرُوا خِفَافًا وَثِقَالًا وَجَاهِدُوا بِأَمْوَالِكُمْ وَأَنْفُسِكُمْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ
“Berangkatlah kamu baik dalam keadaan merasa ringan ataupun merasa berat, dan berjihadlah dengan harta dan dirimu di jalan Allah” (At-Taubah: 41)
Menegakkan sistem ekonomi yang mandiri untuk mengatur kekayaan alam harta benda, baik bagi negara maupun pribadi warganya. Hal ini berpijak pada firman Allah:
وَلَا تُؤْتُوا السُّفَهَاءَ أَمْوَالَكُمُ الَّتِي جَعَلَ اللَّهُ لَكُمْ قِيَامًا
“Dan janganlah kamu serahkan kepada orang-orang yang tidak sempurna akalnya harta yang dijadikan Allah sebagai pokok kehidupan.” (An-Nisa:5 )
Menegakkan sistem pendidikan dan pengajaran dalam rangka memberantas kebodohan, sesuai dengan pesan Ilahi dalam Qur’an:
اقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِي خَلَقَ
“Bacalah dengan menyebut Nama Tuhanmu yang menciptakan.” (Al-Alaq: 1)
Menegakkan undang-undang keluarga dan kerumahtanggaan untuk menciptakan suasana yang kondusif bagi pendidikan anak di rumah, baik putra maupun putri. Hal ini sebagia realisasi firman Allah:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا قُوا أَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا وَقُودُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ
“Wahai orang-orang yang beriman jagalah diri dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu…” (At-Tahrim: 6)
Menegakkan sistem perundangan yang mengatur perilaku individu untuk mewujudkan keberhasilan hidup yang dicita-citakan, sesuai dengan isyarat Qur’an:
قَدْ أَفْلَحَ مَنْ زَكَّاهَا
“Telah beruntung orang yang mensucikan dirinya.” (Asy-Syams)
Menegakkan iklim positif secara umum untuk melindungi setiap pribadi masyarakat, baik pejabat maupun rakyat, dengan berpijak pada firman-Nya:
وَابْتَغِ فِيمَا آَتَاكَ اللَّهُ الدَّارَ الْآَخِرَةَ وَلَا تَنْسَ نَصِيبَكَ مِنَ الدُّنْيَا وَأَحْسِنْ كَمَا أَحْسَنَ اللَّهُ إِلَيْكَ وَلَا تَبْغِ الْفَسَادَ فِي الْأَرْضِ إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ الْمُفْسِدِينَ
“Dan carilah pada apa yang telah dianugrahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bagianmu dari kehidupan duniawi, dan berbuat baiklah sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di muka bumi ini..” (Al-Qashash: 77)
Dengan tegaknya itu semua, kita menginginkan terwujudnya:
Pribadi muslim..
Rumah tangga muslim..
Masyarakat muslim..
Pemerintah muslim..
Dan suatu negara yang mengayomi negri-negeri Islam, menghimpun berbagai keanekaragaman kaum muslimin, menyiapkan kejayaan masa depan mereka, mengembalikan buminya yang hilang dan berjuang mendapatkan kembali tanah air mereka yang terampas. Lalu ia panggul panji jihad dan bendera dakwah ilallah hingga dunia seluruhnya damai di bawah naungan Islam.
BEKAL KAMI
Wahai sekalian manusia….
Inilah tujuan kami, dan Inilah manhaj kami.
Lantas apa bekal kami untuk mewujudkan manhaj ini?
Bekal kami adalah bekal yang juga dimiliki para pendahulu kami. Dia adalah senjata yang pernah dipakai untuk memerangi dunia oleh pemimpin dan teladan kami; Muhammad Rasulullah saw. dan para sahabatnya. Dengan kelangkaan bilangan dan sedikitnya bekal namun ditopang oleh kesungguhan yang agung. Itu pula senjata yang akan kami pergunakan untuk memerangi dunia ini kembali.
Mereka telah beriman dengan sedalam-dalamnya, sekuat-kuatnya, sesuci-sucinya dan seabadi-abadinya iman;
- Iman kepada Allah, pertolongan, dan dukungan-Nya.
إِنْ يَنْصُرْكُمُ اللَّهُ فَلَا غَالِبَ لَكُمْ
“Jika Allah menolong kamu , maka tidak ada orang yang dapat mengalahkan kamu…” (Ali Imran: 160)
- Iman kepada panglimanya, beserta ketulusan hati, dan kepemimpinannya,
لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ
“Sesungguhnya telah ada pada diri Rasulullah itu suri tauladan yang baik bagimu…” (Al-Ahzab: 21)
- Iman kepada sistem dengan keistimewaan dan keunggulannya,
يَهْدِي بِهِ اللَّهُ مَنِ اتَّبَعَ رِضْوَانَهُ سُبُلَ السَّلَامِ وَيُخْرِجُهُمْ مِنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّورِ
“Sesungguhnya telah datang kepadamu cahaya dari Allah dan kitab yang menerangkan. Dengan kitab itulah Allah menunjuki orang-orang yang mengikuti keridhan-Nya ke jalan keselamatan…” (Al-Maidah: 16)
- Iman kepada persaudaraan dengan hak dan kewajiban serta kesuciannya,
إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ إِخْوَةٌ
“Sesungguhnya orang-orang mukmin itu bersaudara…” (Al-Hujurat: 10)
- Iman kepada balasan akhirat dengan keagungan dan kelipatannya,
ذَلِكَ بِأَنَّهُمْ لَا يُصِيبُهُمْ ظَمَأٌ وَلَا نَصَبٌ وَلَا مَخْمَصَةٌ فِي سَبِيلِ اللَّهِ وَلَا يَطَئُونَ مَوْطِئًا يَغِيظُ الْكُفَّارَ وَلَا يَنَالُونَ مِنْ عَدُوٍّ نَيْلًا إِلَّا كُتِبَ لَهُمْ بِهِ عَمَلٌ صَالِحٌ إِنَّ اللَّهَ لَا يُضِيعُ أَجْرَ الْمُحْسِنِينَ
“…Yang demikian itu adalah karena mereka tidak ditimpa kehausan, kepayahan, dan kelaparan di jalan Allah, dan tidak pula menginjak suatu tempat yang membangkitkan amarah orang-orang kafir, dan tidak menimpakan sesuatu bencana kepada musuh, melainkan dituliskanlah bagi mereka dengan yang demikian itu suatu amal shaleh. Sesungguhnya Allah tidak menyia-nyiakan pahala orang-orang yang berbuat baik. (At-Taubah: 120)
- Iman kepada keberadaan diri mereka sendiri, yakni sebagai jamaah yang dipilih oleh takdir untuk berperan menyelamatkan alam semesta ini, yang telah mendapatkan keutamaan dengan peranannya ini dan jadilah mereka sebaik-baik umat yang dilahirkan untuk manusia seluruhnya.
Mereka telah mendengar penggilan iman, lalu mereka pun beriman. Kita berharap bahwa Allah swt. berkenan menanamkan rasa cinta kepada iman ini dan menjadikannya sebagai hiasan di hati, sebagaimana ia telah menganugrahkan hal yang sama kepada para pendahulu kita.
Iman Adalah Bekal Utama Kami
Mereka telah mengetahui dengan pengetahuan yang sebenar-benarnya dan sekuat-kuatnya bahwa dakwah mereka tidak akan memperoleh kemenangan kecuali dengan jihad, kesungguhan, dan pengorbanan jiwa raga. Maka mereka pun persembahkan jiwa dan raganya. Mereka berjihad dengan sebenar-benar jihad dan menyambut seruan Zat Yang Maha Rahman kepada mereka:
قُلْ إِنْ كَانَ آَبَاؤُكُمْ وَأَبْنَاؤُكُمْ وَإِخْوَانُكُمْ وَأَزْوَاجُكُمْ وَعَشِيرَتُكُمْ وَأَمْوَالٌ اقْتَرَفْتُمُوهَا وَتِجَارَةٌ تَخْشَوْنَ كَسَادَهَا وَمَسَاكِنُ تَرْضَوْنَهَا أَحَبَّ إِلَيْكُمْ مِنَ اللَّهِ وَرَسُولِهِ وَجِهَادٍ فِي سَبِيلِهِ فَتَرَبَّصُوا حَتَّى يَأْتِيَ اللَّهُ بِأَمْرِهِ وَاللَّهُ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الْفَاسِقِينَ
“Katakanlah, ‘Jika bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara, istri-istri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan rumah-rumah tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai daripada Allah dan Rasul-Nya dan berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya..”‘ (At-taubah: 24)
Maka begitu mereka mendengar peringatan, mereka lari meninggalkan segalanya dengan jiwa yang bersih dan kalbu. yang ridha. Mereka bersuka. cita dengan janji setia yang telah mereka ikrarkan kepada Allah. Salah satu dari mereka memeluk akrab kematian sambil bergumam, “…Menuju keharibaan Allah tanpa bekal. ”
Salah satu dari mereka mempersembahkan seluruh hartanya sembari berkata, “Untuk keluarga saya sisakan Allah dan Rasul-Nya ”
Satu lagi dari mereka bahkan bersenandung tatkala pedang musuh telah menempel di lehernya,
Dan aku pun tiada peduli # tatkala terbunuh sebagi muslim
Dalam keadaan bagaimana jua # pangkuan Allah lah tempat robohku
Demikianlah, mereka adalah orang-orang yang gigih perjuangannya, besar pengorbanannya, dan luas persembahannya. Demikian juga yang kita inginkan.
Jihad Adalah Bekal Kami juga
Setelah itu semua kami persembahkan, kami percaya sepenuhnya akan pertolongan Allah, dan kami yakin atas dukungan-Nya.
وَإِنَّ اللَّهَ عَلَى نَصْرِهِمْ لَقَدِيرٌ (39) الَّذِينَ أُخْرِجُوا مِنْ دِيَارِهِمْ بِغَيْرِ حَقٍّ إِلَّا أَنْ يَقُولُوا رَبُّنَا اللَّهُ وَلَوْلَا دَفْعُ اللَّهِ النَّاسَ بَعْضَهُمْ بِبَعْضٍ لَهُدِّمَتْ صَوَامِعُ وَبِيَعٌ وَصَلَوَاتٌ وَمَسَاجِدُ يُذْكَرُ فِيهَا اسْمُ اللَّهِ كَثِيرًا وَلَيَنْصُرَنَّ اللَّهُ مَنْ يَنْصُرُهُ إِنَّ اللَّهَ لَقَوِيٌّ عَزِيزٌ
“Sesungguhnya Allah pasti menolong orang yang menolong (agama)-Nya. Sesungguhnya Allah Mahakuat lagi Mahaperkasa. Yaitu orang-orang yang jika Kami teguhkan kedudukan mereka di muka bumi niscaya mereka mendirikan shalat, menunaikan zakat, menyuruh berbuat yang ma’ruf dan mencegah perbuatan yang mungkar, dan kepada Allah-lah kembali segala urusan.”(Al-Hajj:39-40)
Antara Hayalan dan Kenyataan
Orang-orang yang mendengar uraian ini akan berkata. bahwa itu adalah hayalan dan impian belaka.
Bagaimana mungkin orang-orang yang tidak memiliki kekuatan apapun kecuali iman dan semangat jihad dapat mengalahkan kekuatan raksasa yang memiliki senjata beranekaragam?
Bagaimana mungkin mereka dapat menembus jantung pertahanan musuhnya padahal ia berada di antara dua taring harimau ?
Banyak orang akan mengatakan ungkapan yang serupa ini. Yang demikian itu bisa dimaklumi, karena mereka telah putus asa akan nasib dirinya dan telah putus asa akan terjalinnya hubungan dengan Yang Mahakuat dan Maha Menentukan.
Akan halnya kami, tidaklah demikian keadaannya. Kami tegaskan bahwa ia adalah kenyataan yang kami yakini wujudnya dan tengah kami perjuangkan tegaknya. Kami merenungi firman Allah swt.,
وَلَا تَهِنُوا فِي ابْتِغَاءِ الْقَوْمِ إِنْ تَكُونُوا تَأْلَمُونَ فَإِنَّهُمْ يَأْلَمُونَ كَمَا تَأْلَمُونَ وَتَرْجُونَ مِنَ اللَّهِ مَا لَا يَرْجُونَ
“Janganlah kamu berhati lemah dalam mengejar mereka (musuhmu). Jika kamu menderita kesakitan, maka sesungguhnya merekapun menderita kesakitan sebagaimana kamu menderitanya, sedangkan kamu berharap dari Allah apa yang tidak mereka harapkan..” (An-Nisa: 104)
Sesungguhnya para pendahulu kami, yang telah membebaskan berbagai wilayah bumi dan telah Allah swt. kokohkan kedudukannya, tidaklah besar bilangan personilnya dan tidak pula melimpah bekal persiapannya, namun mereka beriman dengan sungguh-sungguh dan berjihad.
Dan hari ini kami akan kalkulasi diri dengan penuh optimisme sebagaimana Rasulullah saw. mengkalkulasi pada suatu hari, tatkala beliau bersabda,
“Berilah Khubbaib kabar gembira akan munculnya kemenangan ini sehingga seorang pengembara berjalan dari Adn ke Amman tidak merasa takut kecuali kepada Allah, dan domba pun aman di hadapan serigala.”
Padahal ketika itu mereka masih bersembunyi.
Sebagaimana suatu hari beliau menjanjikan kemenangan kepada Suraqah bin Malik, mahkota salah seorang petinggi Kisra. Padahal beliau ketika itu berhijrah dengan agamanya tanpa bekal sesuatu pun kecuali Allah dan sahabatnya (Abu Bakar).
Dan sebagaimana beliau berteriak suatu hari tatkala menyaksikan istana putih Romawi, padahal ketika itu ia dikepung pasukan musyrikin di Madinah dengan tentaranya dari segala penjuru,
وَإِذْ زَاغَتِ الْأَبْصَارُ وَبَلَغَتِ الْقُلُوبُ الْحَنَاجِرَ
“…Dan tatkala tidak tetap lagi penglihatan (mu) dan hatimu naik menyesal sampai ke tenggorokan..” (Al-Ahzab: 10)
Lalu Apa Lagi Setelah Itu ?
Setelah itu semua, kita menyaksikan telinga zaman dengan khusyuknya mendengarkan dakwah Rasulullah saw., lisan sejarah pun menggemakan suara ayat-ayat suci Al-Qur’an, maka menyemburatlah mentari hidayah dari kalbu para sahabat dan pengikutnya di setiap tempat, besinarlah cahayanya menerangi alam, semerbaklah harum bunga kedamaian menghiasi dunia, dan manusia pun dapat menikmati manisnya kebahagiaan lantaran keadilan hukum. Rakyat merasakan aman sentausa bernaung di bawah payung generasi awal ini, yakni murid-murid Muhammad saw., maka direbutlah kemudian istana Romawi, tunduk pula bersamanya kota-kota di Persia.
Lalu bumi dipenuhi dengan bentangan ajarannya. Tunduklah ia untuk menerima petunjuk yang menyelamatkan. Nafas kenabian mengalirinya berpadu dengan wahyu Ilahi yang suci sehingga Rahmat Allah meliputinya. dari Segala penjuru.
وَرَدَّ اللَّهُ الَّذِينَ كَفَرُوا بِغَيْظِهِمْ لَمْ يَنَالُوا خَيْرًا وَكَفَى اللَّهُ الْمُؤْمِنِينَ الْقِتَالَ وَكَانَ اللَّهُ قَوِيًّا عَزِيزًا . وَأَنْزَلَ الَّذِينَ ظَاهَرُوهُمْ مِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ مِنْ صَيَاصِيهِمْ وَقَذَفَ فِي قُلُوبِهِمُ الرُّعْبَ فَرِيقًا تَقْتُلُونَ وَتَأْسِرُونَ فَرِيقًا . وَأَوْرَثَكُمْ أَرْضَهُمْ وَدِيَارَهُمْ وَأَمْوَالَهُمْ وَأَرْضًا لَمْ تَطَئُوهَا وَكَانَ اللَّهُ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرًا
“Dan Allah menghalau orang-orang yang kafir itu yang keadaan mereka penuh kejengkelan, (lagi) mereka tidak memperoleh keuntungan apapun. Dan Allah menghindarkan orang-orang mukmin dari peperangan. Dan adalah Allah Mahakuat lagi Mahaperkasa. Dan Ia menurunkan orang-orang Ahli Kitab (Bani Quraidhah) yang membantu golongan-golongan yang bersekutu dari benteng-benteng mereka, dan Dia memasukkan rasa takut ke dalam hati mereka. Sebahagian mereka kamu bunuh dan sebahagian yang lain kamu tawan. Dan Dia mewariskan kepada kamu tanah-tanah, rumah-rumah dan harta benda mereka, dan (begitu pula) tanah yang belum kamu injak. Dan adalah Allah Mahakuasa terhadap segala sesuatu.” (Al-Ahzab: 26)
Wahai manusia, kami akan mempersiapkan diri dengan bekal ini, dan kami akan memperoleh kemenangan sebagaimana yang diperoleh para pendahulu kami di saat yang lalu. Tiada kemenangan kecuali dari sisi Allah Yang Perkasa lagi Bijaksana. Dan Allah akan mewujudkan janji-janji-Nya kepada kami:
وَنُرِيدُ أَنْ نَمُنَّ عَلَى الَّذِينَ اسْتُضْعِفُوا فِي الْأَرْضِ وَنَجْعَلَهُمْ أَئِمَّةً وَنَجْعَلَهُمُ الْوَارِثِينَ
“Dan Kami hendak memberi karunia kepada orang-orang tertindas di bumi itu dan hendak menjadikan mereka pemimpin dan menjadikan mereka orang-orang yang mewarisi (bumi).” (AlQashash: 5)
فَاصْبِرْ إِنَّ وَعْدَ اللَّهِ حَقٌّ وَلَا يَسْتَخِفَّنَّكَ الَّذِينَ لَا يُوقِنُونَ
“Maka bersabarlah kamu, sesungguhnya janji Allah adalah benar dan sekali-kali janganlah orang-orang yang tidak meyakini (kebenaran ayat-ayat Allah) itu menggelisahkan kamu.” (Ar-Ruum:60)
Seandainya Kita Memiliki Pemerintahan
Seandainya kita memiliki pemerintahan Islam yang sebenarnya yang dilandasi kebenaran iman, yang mandiri pola pikir dan aplikasinya, yang menghargai kebenaran ilmu dan melimpah ruahnya harta kekayaan yang dimiliki, yang menghargai keagungan sistem nilai Islam yang diwarisi, dan yang percaya bahwa ia merupakan obat bagi derita masyarakatnya dan petunjuk bagi manusia seluruhnya, niscaya kita dapat menuntutnya untuk menegakkan dunia ini atas nama Islam.
Kemudian kita mempersilahkan berbagai bangsa untuk melakukan Studi dan observasi atasnya, kita tunjukkan bangunan umat kepada mereka dengan dakwah yang terus menerus, dengan pembicaraan yang argumentatif serta pengiriman duta-duta terbaiknya secara berkala, juga cara-cara lainnya. Dengan demikian jadilah wilayah ini titik sentral di tengah berbagai bangsa, baik secara politik, moralitas maupun aktivitas sosial lainnya. Ia pun dapat melakukan pembaharuan terhadap dinamika masyarakat, memberi dorongan kepada mereka untuk meraih kejayaan dan menggapai sinar terang di masa datang, dan menanamkan semangat serta kesungguhan dalam bekerja.
Adalah sangat mengherankan, sebuah faham seperti Komunisme memiliki negara yang melindunginya, yang mendakwahkan ajarannya, yang menegakkan prinsip-prinsipnya, dan menggiring masyarakat menuju ke sana.
Demikian juga Fasisme dan Nazi. Keduanya memiliki bangsa yang mensucikan ajarannya, berjuang untuk menegakkannya, menanamkan kebanggaan kepada para pengikutnya, menundukkan seluruh ideologi bangsa-bangsa untuk mengekor kepadanya. Dan lebih mengherankan lagi kita dapati berbagai ragam ideologi sosial dan politik di dunia ini bersatu. untuk menjadi pendukung setianya. Mereka perjuangkan tegaknya dengan jiwa, pikiran, pena, harta benda, dan kesungguhan yang paripurna; hidup dan mati dipersembahkan untuknya.
Namun sebaliknya, kita tidak mendapatkan tegaknya suatu pemerintah Islam yang bekerja untuk menegakkan kewajiban dakwah kepada Islam, yang menghimpun berbagai sisi positif yang ada di seluruh aliran ideologi dan membuang sisi negatifnya. Lalu ia persembahkan itu kepada seluruh bangsa sebagai ideologi alternatif dunia yang memberi solusi yang benar dan jelas bagi seluruh persoalan umat manusia.
Padahal syari’at Islam menetapkan bahwa dakwah adalah kewajiban mutlak, wajib atas seluruh kaum muslimin, baik sebagai bangsa maupun sebagai kelompok kecil, jauh sebelum semua ideologi tadi diciptakan dan sebelum diketahui bahwa di sana ada sistem dakwahnya.
وَلْتَكُنْ مِنْكُمْ أُمَّةٌ يَدْعُونَ إِلَى الْخَيْرِ وَيَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَأُولَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ
“Dan hendaklah ada diantara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar. Merekalah orang-orang yang beruntung.” (Ali Imran 104)
Akan tetapi, di mana gerangan para pemimpin negeri kita ini? mereka semua telah dididik di sarang pendidikan asing, mereka telah tunduk kepada pola pikirnya, mereka demikian antusias mengikuti jalan hidupnya, dan mereka berlomba menjilat untuk mendapatkan keridhaannya. Tidaklah berlebihan kiranya jika kami katakan bahwa gagasan-gagasan mandiri dalam mengurus berbagai persoalan dan aktivitas, tidak lahir dari benak mereka sendiri apalagi lahir dari sistem nilainya.
Sebenarnya telah kami tawarkan keinginan ini kepada banyak pemimpin di Mesir. Namun sebagaimana biasa, mereka tidak menyambutnya dengan antusias dan tidak memberi pengaruh sedikitpun pada aktivitas mereka.
Orang-orang yang jiwanya, rumah tangganya serta urusan hidupnya, baik yang pribadi maupun sosial telah kehilangan ruh Islamnya, tentu. tidak mampu mengalirkannya. kepada orang lain, tidak kuasa untuk menyerukan nilai-nilai dakwah yang bertentangan dengan sasaran yang diseru.
Sebuah ungkapan mengatakan,
فاقد الشيء لا يعطيه
“Orang yang tidak memiliki sesuatu tidak dapat memberikannya.”
Memang bukan itu urgensi keberadaan mereka, wahai Ikhwan. Suatu eksperimen telah membuktikan bahwa mereka tidak berdaya sama sekali dalam mengemban tugas ini. Oleh karenanya, ini menjadi tugas generasi baru.
Perbaikilah aktivitas dakwahmu kepada mereka, bersungguh-sungguhlah dalam melakukan pembinaan, ajarilah mereka akan kemandirian jiwa dan hati, kemandirian pemikiran dan penalaran, dan kemandirian kerja dan jihad. Penuhilah jiwa mereka yang enerjik dengan keagungan Islam dan keindahan Qur’an, dan gemblenglah mereka di bawah kibaran panji Muhammad saw. Niscaya tidak lama lagi kalian akan menyaksikan munculnya seorang pemimpin Islam, yang siap berjuang memerangi aib dirinya. dan siap menciptakan kebahagiaan bagi orang lain.
Karakter Pola Pikir Kami
Wahai Ikhwanul Muslimin…
Wahai manusia seluruhnya…
Kami bukan partai politik, meskipun politik sebagai salah satu pilar Islam adalah prinsip kami.
Kami bukan yayasan sosial dan perbaikan, meskipun kerja sosial dan perbaikan adalah bagian dari maksud besar kami.
Kami bukan klub olah raga, meskipun olah raga dan olah rohani menjadi salah satu perangkat terpenting kami.
Kami bukan kelompok-kelompok macam itu semua, karena itu semua diciptakan untuk tujuan parsial dan terbatas, untuk masa yang terbatas pula. Bahkan terkadang tidak dibuat kecuali sekedar menuruti perasaan sesaat; ingin membuat organisasi, lalu dihias dengan berbagai slogan dan sebutan kelembagaan yang muluk-muluk.
Namun wahai sekalian manusia, kami adalah pemikiran dan akidah, hukum dan sistem, yang tidak dibatasi oleh tema, tidak diikat oleh jenis suku bangsa, dan tidak berdiri berhadapan dengan batas geografis. Perjalanan kami tidak pernah berhenti sehingga Allah swt. mewariskan bumi ini dengan segala isinya kepada kami, karena ia adalah sistem milik Rabb, Penguasa alam semesta, dan ajaran milik rasul-Nya yang terpercaya.
Bukan sombong, kami inilah, wahai sekalian manusia, pemegang tongkat estafet panji Islam sesudahnya. Kami angkat benderanya tinggi-tinggi sebagaimana para shahabat mengangkatnya, kami kibarkan dan kami sebar luaskan ia sebagaimana mereka menyebar luaskannya, kami jaga Qur’annya sebagaimana mereka menjaganya, dan kami diberi janji kemenangan sebagaimana mereka diberinya. Kami inilah rahmat Allah untuk seluruh alam,
“Dan sungguh engkau pasti mengetahui beritanya beberapa saat lagi.”
Wahai ikhwanul Muslimin..
Itulah posisi kalian, janganlah kalian kecilkan arti dirimu, dengan membanding-bandingkan diri dengan orang lain, janganlah kalian tempuh jalan bukan Islam dalam dakwahmu, janganlah kalian ukur dakwahmu, yang cahayanya diambil dari cahaya Allah dan sistemnya dari sistem yang dibawa Rasulullah, dengan dakwah lain yang munculnya lantaran kebutuhan sesaat dan lalu sirna ditelan masa dan berbagai peristiwa.
Kalian telah berdakwah dan telah pula berjihad. Dan kalian telah menyaksikan buah dari kesungguhan kalian yang besar ini.
Dengarlah, suara dakwah menggema, menyeru kepada kepemimpinan Rasulullah saw. dan keunggulan undang-undang Qur’an, menyeru kepada kebangkitan untuk berkarya dan memurnikan tujuan hanya untuk Allah swt. semata.
Lihatlah, darah telah mengalir di jalan Allah dari para pemuda yang suci dan mulia, dan lihatlah pula semangat untuk meraih syahadah (mati syahid) di jalan Allah telah berkobar.
Ini semua adalah keberhasilan. Sebuah keberhasilan yang lebih besar dari sekedar apa-apa yang kalian nantikan. Maka teruskan perjuanganmu, berkaryalah secara nyata, Allah selalu bersamamu, sedangkan amalmu sekali-kah tidaklah sia-sia.
Barang siapa bergabung bersama kami hari ini, ia telah beruntung sebagai pendahulu. Dan barang siapa masih enggan bersama kami hati ini, padahal ia seorang yang berhati ikhlas, ia akan bersama kami esok hati. Yang lebih dahulu tentu lebih utama.
Sedangkan barangsiapa yang berpaling dari dakwah kami, baik karena tidak punya perhatian, atau karena sombong, atau karena meremehkan, atau karena tidak yakin dengan kemenangannya, maka hari-hari mendatang akan membuktikan bahwa dirinya salah besar, dan Allah swt. akan melempar kebatilannya dengan kebenaran kami lalu Dia hancurkan kebatilan itu dan lenyaplah akhirnya.
Marilah bersama kami, marilah bersama kami, wahai para aktifis dakwah dan para mujahid yang ikhlas. Di sinilah jalan lurus itu, di sini pula arah yang lempang, maka janganlah kau bagi-bagi kekuatan dan kesungguhanmu hingga tercecer.
وَأَنَّ هَذَا صِرَاطِي مُسْتَقِيمًا فَاتَّبِعُوهُ وَلَا تَتَّبِعُوا السُّبُلَ فَتَفَرَّقَ بِكُمْ عَنْ سَبِيلِهِ ذَلِكُمْ وَصَّاكُمْ بِهِ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ
“Dan sesungguhnya, inilah jalan-Ku yang lurus, maka ikutilah dia, dan janganlah kamu ikuti jalan-jalan (yang lain), karena jalan-jalan itu mencerai-beraikan kamu dari jalan-Nya. Yang demikian itu diperintahkan oleh Allah agar kamu bertaqwa,” (Al-Anam: 153)
Hasan Al-Banna
Tidak ada komentar:
Posting Komentar